Kamis, 18 April 2013

Ketika Begitu Sulit Untuk Mengungkapkan Maaf



Vemale.com - Sebagian orang sulit mengungkapkan kata 'terima kasih' karena gengsi. Biasanya orang seperti ini merasa bisa melakukan semuanya dan setengah lupa bahwa mereka membutuhkan orang lain. Atau, mereka bukan tipe yang peka pada orang lain.
Ada juga orang yang sulit mengucapkan kata maaf, dan lagi-lagi karena gengsi. Memang sudah menjadi cerita lama bahwa mengucapkan maaf dan terima kasih itu sulit sekali dilakukan banyak orang, ketimbang mengucapkan berbagai kata lainnya. Saat kita masih kecil, kita selalu diajarkan untuk berkata terima kasih dan maaf, dan kedua kata itu terungkap dengan mudah dari mulut kecil kita.
Namun ketika dewasa, kedua ungkapan tersebut sepertinya ikut bertambah berat seperti berat badan tubuh kita yang melonjak karena pertumbuhan. Bahkan mungkin bisa lebih. Mengucapkan terima kasih mungkin masih bisa dilakukan dengan tulus, namun tidak demikian nasibnya dengan kata maaf.
Misalnya ketika kita remaja, selisih pendapat dengan orang tua. Saling diam antara kita dengan ayah atau bunda semalaman. Esok paginya ketika penyesalan berlabuh, kata 'maaf' rasanya sudah di ujung lidah, namun begitu sulit keluar. Atau ketika kita sedang marahan dengan pacar, dan lagi-lagi penyesalan datang. Namun ketika kita ingin minta maaf, malah menjabarkannya menjadi berbagai ungkapan tak berujung dan membuat kita berakhir dengan kehabisan kata-kata. 
Maaf itu sering dianggap sebagai kekalahan. Pembuktian bahwa kita 'tersandung', salah, dan jatuh... dan malu. Ada rasa malu yang menyergap dalam sebuah penyesalan atas kesalahan. Namun menuruti rasa malu pun tak akan menyelesaikan masalah. Menurutinya hanya akan membuat kita menunda makin lama sehingga kata 'maaf' ini terkesan kadaluwarsa.
Sahabat Vemale, tak ada sosok yang sempurna. Kadang hidup ini bukan masalah menang atau kalah, karena kita pun tak bisa hidup tanpa orang lain yang menyayangi kita maupun musuh kita. Maaf adalah sebuah ungkapan besar yang merefleksikan cara pandang kita dalam menghargai sebuah hubungan, sebuah pengalaman dan pelajaran di dalamnya.Dan kata 'maaf' mungkin tak bisa mengembalikan keadaan seperti semula, namun setidaknya ia menyelamatkan hidup Anda dari dendam dan ketakutan.
Jangan ragu dan takut mengatakan 'maaf'. Satu kata dengan sejuta makna ini tak akan pernah menunjukkan kehebatannya kalau Anda tak segera mengungkapkannya. Mari menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan sportif untuk mengakui kesalahan  Semoga bermanfaat, Ladies.

Jumat, 05 April 2013

Jutawan Ini Selalu Menyelamatkan Wanita Bercadar di Prancis



Vemale.com - Seperti yang kita tahu, beberapa negara Eropa memiliki aturan yang ketat bagi wanita-wanita yang memutuskan untuk memakai cadar, misalnya Prancis dan Belgia. Wanita yang memakai cadar di tempat umum akan dikenakan denda. Tetapi pria ini, dengan santai membayar denda bagi para muslimah yang memakai cadar.
Nama pria ini adalah Rasyid Nikaz, dia adalah seorang pengusaha dan jutawan dari Prancis. Kerasnya aturan beberapa negara Eropa yang memberi denda bagi wanita bercadar ditentang oleh Rasyid Nikaz. "Keputusan Prancis dan Belgia untuk melarang wanita muslimah memakai cadar telah mencederai kebebasan mereka. Saya melihat, undang-undang pemerintah Eropa yang tidak menghormati hak-hak pribadi tidak dapat diterima," ujarnya dalam sebuah jumpa pers.
(c) mazlumder
(c) mazlumder
Sejak Prancis memberlakukan undang-undang tersebut, Rasyid Nikaz menyediakan anggaran khusus untuk membayar denda bagi muslimah yang tertangkap saat bercadar. Tindakan berani itu seolah menentang undang-undang secara terang-terangan. Rasyid Nikaz seolah mengatakan, "Wahai wanita muslimah, pakailah cadar sesuka hati. Jika kalian terkena denda, saya yang akan membayarnya,"
Untuk Anda ketahui, istri Rasyid Nikaz juga memakai cadar. Pada tahun 2011, Rasyid Nikaz diberitakan telah membayar denda 2 muslimah yang terkena denda saat bercadar. Langkahnya yang menentang undang-undang larangan wanita bercadar ini membuat Rasyid Nikaz medapat gelar dari Syekh Al-Khuwainy sebagai satu orang yang mengalahkan satu negara.
Semoga perjuangan ini bisa menjadi angin segar bagi wanita muslimah Prancis yang memutuskan untuk bercadar.
Jika ada wanita yang bebas memamerkan tubuhnya pada dunia, seharusnya wanita yang memutuskan untuk menutup seluruh tubuhnya juga diberi hak yang sama, demikian pendapat salah satu sahabat kami.
Bagaimana pendapat Anda, ladies?

Senyum Adalah Makeup Terbaik di Dunia



Vemale.com - Di sebuah Sekolah Dasar, dilakukan penelitian mengenai pemahaman anak-anak akan kecantikan. Mereka diberi sepuluh foto wanita. Sebagian dari foto itu adalah artis terkenal yang berkali-kali dinobatkan sebagai artis tercantik di dunia. Sementara beberapa foto yang lain adalah potret wanita yang hidup sebagai masyarakat biasa.
Mereka diminta untuk memilih satu foto wanita yang paling cantik. Dari semua anak, ada satu anak yang tidak memilih artis-artis cantik dan terkenal. Dia dengan penuh semangat dan percaya diri memilih foto seorang nenek tua yang sedang duduk di pinggir jalan. Para peneliti bingung, apakah ada yang salah dengan anak kecil itu? Bagaimana mungkin seorang nenek tua dianggap cantik?
Saat peneliti menanyakan apa alasan anak itu memilih nenek tua sebagai wanita yang cantik, dengan percaya diri, anak kecil itu mengatakan, "Karena nenek ini tersenyum dan terlihat bahagia, dia paling cantik di antara yang lain," ujarnya.
Ladies, cantik tidak sekedar tampilan fisik atau banyaknya makeup mahal yang dipakai. Cantik juga bukan masalah kulit kencang, tubuh langsing dan kulit putih. Cantik adalah saat diri Anda yakin bahwa Anda cantik. Cantik adalah saat Anda memberi senyum tulus. Sesungguhnya, senyum adalah kosmetik terbaik pemberian Tuhan.

Sinar Kecil Yang Sangat Berharga

Vemale.com - Apakah Anda pernah merasa sangat kecil dan tidak percaya diri karena kemampuan orang lain yang lebih hebat. Silakan baca artikel ini!
Saat sebuah rumah diterangi oleh cahaya lilin, maka cahaya itu terasa tidak ada artinya di siang hari, saat matahari memberi sinar yang lebih terang dan cerah. Kehadiran cahaya lilin yang kecil seolah tidak ada artinya. Demikian juga saat malam tiba, cahaya dari lampu-lampu yang lebih terang membuat cahaya lilin seolah tenggelam. Seolah cahaya lilin kecil tidak berarti apa-apa.
Tapi coba lihat bagaimana jika kondisi malam hari dan terjadi pemadaman listrik? Sinar api kecil yang dipancarkan lilin sangat membantu, sangat berarti dan dibutuhkan banyak orang. Sinar lilin yang awalnya tidak berarti apa-apa menjadi sangat dibutuhkan dalam kondisi tertentu.
Jika selama ini Anda merasa dalam kondisi yang sama, selalu merasa tenggelam di antara kemampuan orang lain, sering dipandang sebelah mata dan diremehkan. Apakah hal ini membuat Anda tidak percaya diri dan meragukan kemampuan diri sendiri? Apakah kurangnya pujian dan pengakuan dari orang lain membuat hati Anda ciut?
Setiap manusia punya kemampuan untuk berguna bagi orang lain. Janganlah sering merasa bahwa orang lain lebih bersinar dibandingkan Anda, karena sekecil apapun sinar Anda, tetap memberi manfaatnya untuk orang lain. Tinggal bagaimana Anda memberi kesempatan pada diri sendiri untuk membuktikan bahwa Anda bisa!

Saat Keinginanku Terkabul Tapi Kehilangan Banyak Hal

Vemale.com - Di sebuah kota kecil, hidup seorang anak perempuan, namanya Jasmine. Dia manis, lucu dan ingin punya banyak mainan layaknya anak perempuan pada umumnya. Kedua orang tua Jasmine adalah pegawai biasa yang tidak selalu bisa membelikan mainan yang diimpikan anak mereka. Pada suatu hari, ada selebaran yang diedarkan di kota tempat Jasmine tinggal.
 
 
Kepada semua anak di kota ini, hadirilah pembukaan istana mainan pada akhir pekan minggu ini. Kalian boleh membawa pulang mainan apapun, GRATIS. Syaratnya, kalian harus membawa dengan tangan kosong dan tidak boleh dibantu. Mainan yang jatuh tidak boleh dipungut kembali. Selama memilih mainan, kalian tidak diizinkan makan dan minum atau membawanya dari luar. Tenang saja, di akhir acara, kalian akan mendapat minuman dan makanan gratis dari kami. 
 
Jasmine berbinar-binar membaca selebaran itu. Dia meminta izin orang tuanya untuk datang ke acara tersebut. Beruntung, kedua orang tua Jasmine mengizinkan.
Dengan riang gembira, di akhir pekan Jasmine menikmati keindahan istana mainan. Dia masuk ke area pengambilan mainan gratis. Banyak sekali mainan yang dia inginkan ada di sana. Tanpa menunggu, Jasmine mengambil apapun yang dia suka. Ada boneka, mainan masak-masakan, bola-bola warna-warni, dan masih banyak lagi. Semua mainan itu diraih dengan tangannya hingga dia memeluk semua mainan idamannya.
Saat mencari mainan-mainan baru, Jasmine berlari ke sana ke mari. Beberapa mainan yang ada dalam pelukannya jatuh. Di tengah acara, Jasmine merasa sangat lapar dan haus, tetapi masih ada beberapa mainan lagi yang dia inginkan. Dia biarkan rasa haus itu dan terus mengambil mainan yang lebih bagus.
Ketika tubuhnya sudah benar-benar lemas, Jasmine memutuskan untuk selesai dan membawa mainan yang ada dalam pelukannya. Beberapa mainan kembali merosot jatuh ketika dia berjalan keluar dari istana mainan. Di ujung gerbang, beberapa pegawai menyambut Jasmine dan menawarkan segelas minuman dan makanan dalam kotak. Merasa sangat lapar dan haus, Jasmine menerima minuman dan kotak makan itu, sehingga dia tidak sadar semua mainan dalam pelukannya jatuh ke lantai dan seperti yang tertulis dalam peraturan, tidak boleh diambil kembali.
Ladies, kisah di atas hampir sama dengan kehidupan sebagian besar dari kita. Banyak hal ingin kita peroleh, tetapi seberapa banyak batas kemampuan kita. Saat kesempatan datang, kita mengambil ini, itu, dan semua hal yang menjadi impian kita. Akhirnya hidup kita hanya mengacu pada pencapaian, lupa menjaga kesehatan, lupa memperhatikan diri sendiri, serta lupa memperhatikan orang-orang yang mencintai kita.
Coba tarik napas sebentar, jangan sampai Anda meraih banyak hal, tetapi kehilangan hal-hal lain yang lebih besar dan tidak terhitung jumlahnya.
(vem/yel)

Jendela Hati, Awal Menatap Masa Depan




Vemale.com - Dalam hidup, terkadang kita menilai sesuatu tanpa melihat alasan mengapa hal tersebut terjadi atau bahkan apa kacamata yang kita pakai saat kita melihatnya. Kacamata yang kita pakai sama fungsinya dengan hati kita dalam merasakan. Apa yang dirasakan hati akan tercermin lewat ucapan. Kali ini, Vemale akan berbagi sebuah kisah yang mencerminkan apa hubungan hati dan mata kita.
Dikisahkan, sepasang suami istri yang baru menikah dan menempati rumah baru mereka di sebuah komplek perumahan. Pada suatu pagi yang cerah, sewaktu sarapan bersama suaminya, sang istri memandang keluar rumah melalui jendela rumah mereka. Ia melihat tetangganya sedang menjemur pakaian. Ia pun kemudian berkata, '" cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri. "Sepertinya dia tidak tahu bagaimana cara mencuci pakaian dengan benar”, lanjutnya. “Mungkin dia perlu sabun cuci atau mungkin mesin cuci yang lebih bagus."
Mendengar celotehan istrinya, sang suami berhenti menyantap makanannya dan menoleh ke arah jendela. Dia hanya menatap dan memperhatikan sejenak apa yang dilihat oleh istrinya tanpa memberikan komentar apapun. Kemudian dia kembali menyantap makanannya dan bergegas untuk pergi ke kantor.
Di hari berikutnya, sang istri melihat kembali tetangganya sedang menjemur pakaian dan diapun kembali memberikan komentar yang sama seperti hari sebelumnya. Dan sejak hari itu pula, setiap tetangganya menjemur pakaian, sang istri selalu memberikan komentar yang sama.
Seminggu berlalu, tiba – tiba ada hal yang tidak biasa yang dilihat oleh sang istri. Sang istri terheran - heran ketika melihat pakaian - pakaian yang dijemur oleh tetangganya terlihat cemerlang dan bersih. Kemudian dia berseru kepada suaminya "Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci pakaian dengan benar. Siapa ya kira - kira yang sudah mengajarinya?"
Mendengar seruan istrinya, sang suami pun tersenyum dan berkata, "Sayang, tahukah engkau? Hari ini aku bangun pagi - pagi sekali dan membersihkan kaca jendela kita." Mendengar jawaban suaminya, sang istri pun terkejut dan sejenak terdiam merenungi penilaian dia tentang hasil cucian tetangganya selama ini.
Ladies, begitu juga lah kehidupan yang kita jalani. Jendela kaca tersebut ibarat hati kita. Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain, itu semua tergantung kepada kebersihan hati kita atau “jendela” kita.  Jika hati kita bersih, maka bersih pula pikiran kita. Jika pikiran kita bersih, maka bersih pula perkataan kita. Jika perkataan kita bersih maka bersih pula perbuatan kita. Pikiran, perkataan dan perbuatan kita adalah cerminan hati kita.
Hati kita menentukan apa yang kita pikirkan. Pikiran kita menentukan perkataan yang akan kita ucapkan serta perkataan yang kita utarakan menentukan perilaku kita, Ladies. Oleh karena itu, apa yang kita perbuat sekarang akan ikut serta menentukan masa depan kita. So, hati – hati dengan hati kita ya, Ladies ;)
Oleh : Sifa Syarif Hidayatullah

Aku Pernah Mencintaimu, Tapi Itu Dulu


Vemale.com - "Aku memang pernah mencintaimu Ndi, tapi itu dulu..." tegasku pada Andi di tengah gerimis dan dinginnya malam.
Sudah beberapa hari ini ia terus mengejar jawaban ajakan balikan denganku. Sebenarnya, dari sikapku saja seharusnya ia sudah tahu. Aku sudah muak dengannya. Aku tak ingin kembali lagi padanya. Lukaku sudah terlalu dalam, dan kurasa memang dia bukan sosok yang harus kupertahankan.
"Tapi Win, pertimbangkan lagilah. Dulu aku memang bodoh telah meninggalkanmu. Aku sadar, bahwa kaulah yang kucinta..." katanya lagi.
Mataku menerawang jauh, mengingat peristiwa dua tahun lalu saat aku ditinggalkan dengan hati yang penuh luka.
***
"Kamu dipukul Andi lagi Win?" desak Wulan marah. Ia sudah bisa menebak, siapa lagi yang akan membuat wajahku lebam jika bukan kekasihku yang temperamen itu. Aku hanya terdiam. Aku tak sanggup menceritakan semua kejadian pilu semalam.
Hanya gara-gara aku terlambat membalas SMS-nya saja, ia marah-marah dan membentakku. Tangannyapun melayang, mendarat tepat di wajahku. Seketika tubuhku limbung, dan Andi langsung panik. Ia berkali-kali meminta maaf padaku. Mengaku bahwa ia khilaf (aku sudah bosan mendengar kalimat khilafnya ini) dan berjanji tak akan mengulanginya.
Entah aku yang mungkin terlalu bodoh, aku percaya saja. Kuanggap memang Andi sedang belajar mengendalikan emosinya. Mengendalikan dirinya yang ringan tangan itu. Aku begitu mencintainya, sangat mencintainya.
"Aku nggak apa-apa kok Lan. Lagian Andi sudah minta maaf. Aku memang yang salah," jelasku. "Tapi nggak bisa begini dong. Masa tiap dia marah kamu selalu yang jadi sansaknya. Win, ini namanya abuse! kekerasan! Kalau komnas wanita tahu, sudah dipenjara itu si Andi," Wulan mendadak meledak-ledak panas penuh emosi. "Lan, tolong jangan laporin yah. Dia sudah minta maaf kok, dan aku sudah memaafkannya.
"Ah terserah kamulah, aku capek belain kamu dan kamu malah nggak sadar juga." Wulan marah, kulihat perlahan punggungnya menghilang di ujung jalan. Aku yang terdiam berpikir dan terus menenangkan diriku sendiri. Sebenarnya aku sudah tak tahan lagi, tetapi entah mengapa aku ingin bertahan, sekali lagi bertahan untuk Andi.
***
"Kali ini Andi ke mana Win?" tanya Wulan saat aku merebahkan punggungku setelah seharian mengumpulkan bahan untuk skripsi. "Katanya sih lagi sibuk ngerjain skripsi juga Lan. Kenapa?" tanyaku balik. "Oh... skripsi. Kamu sudah berapa lama nggak ketemu dia?" Pertanyaan Wulan seperti menyimpan suatu penyelidikan. "Entah ya, aku sendiri nggak sadar. Biasanya memang kami begitu. Nggak setiap hari jalan seperti pasangan lain. Eumm... kalau kuingat-ingat, kayaknya sudah 2 minggu deh. Tapi kan dia sibuk Lan, akunya juga, nanti juga kalau udah longgar pasti ketemu," jelasku, yang aku juga sadar sebenarnya kalimat itu hanya untuk menghiburku. Aku sendiri juga sebenarnya merasa ganjil, mengapa kekasihku yang biasanya posesif itu mendadak rajin dan sibuk dengan skripsinya?
"Kamu itu terlalu sabar Win.. terlalu bodoh. Punya kekasih yang emosian, suka mukul, nggak setia..."
"Nggak setia apa maksudmu?" tanyaku. Cerita Wulan kemudian membuatku geram. Ah, Wulan ini pasti mengada-ada. Mana mungkin Andi selingkuh, dia begitu menyayangi dan protect pada aku.
Kepercayaanku pada Andi seketika buyar, saat Wulan menunjukkan foto-foto mesra Andi dengan seorang yang kukenal. Teman kampusku sendiri, tapi memang aku tak dekat dengannya.
"Kamu dapat dari mana?"
"Sudahlah. Nggak penting aku dapat dari mana. Yang jelas, aku pengen kamu itu nggak terluka lagi. Sudah jelas-jelas pria ini jahat sama kamu. Ngapain kamu pertahanin Win?" Perkataan Wulan tajam, langsung menuju sasaran.
"Bisa saja kamu salah orang Lan. Aku yakin, Andi nggak gitu kok" aku marah dan meninggalkan Wulan sendiri di kamarnya. Kembali ke kamarku dengan sejuta pertanyaan dan amarah yang aku sadar sudah terkumpul dan mulai meluap. Andi... apa benar apa yang dikatakan Wulan tentangmu? Tanyaku dalam hati.
Aku membiarkan pertanyaan itu tersimpan, dan masih dengan sabar menunggu kekasihku...
***
Sudah sebulan aku menunggunya, tak ada kabar. Telepon, SMS, tak satupun kudapatkan jawaban. Bahkan, aku sulit sekali bertemu dia di kampus, atau di rumah kosnya. Ke mana dia?
Hari demi hari, perkataan Wulan sepertinya bukan hanya sekedar wujud dari rasa ketidaksukaan dirinya pada Andi. Sudah 2 minggu lamanya aku dan Wulan juga menjaga jarak, tidak bicara. Aku masih membela Andi, yang jelas-jelas sebulan menghilang.
Aku merasa bodoh. Sangat bodoh. Sore ini aku akan mencari Wulan dan meminta maaf padanya. Soal Andi, entahlah, mungkin ini jalan yang terbaik agar aku bisa lepas darinya.
Akupun mengambil langkah menuju rumah kosku, berharap segera mendapatkan keteduhan karena terik sinar matahari membuatku lelah dan haus. Hanya beberapa langkah dekat tempat tinggalku, aku mengenali sesosok pria yang tengah duduk di atas motornya.
Andi. Dalam hati aku girang, sekaligus berharap di tengah dilema yang sedang kualami. Terbayang bagaimana sikap temperamennya, dan bagaimana dalam hati sebenarnya aku juga ingin lari darinya. Tetapi, rasa cintaku kali itu membuatku buta. Aku berlari kecil menghampirinya dan memeluknya.
"Kamu ke mana aja sih?" tanyaku manja.
Tubuhku didorong hingga jatuh ke jalan. "Aku muak sama kamu. Kamu itu kekasih macam apa sih? Kamu nggak juga nyari aku sekalipun aku nggak datang. Kamu punya kekasih lain? Hah?" Dilayangkannya lagi sebuah bogem mentah ke wajahku. "Ndi, sakit Ndi!" teriakku berusaha berdiri dan kabur.
"Mau ke mana kamu? Mau kabur dan pergi ke kekasihmu itu?" diraihnya tanganku dengan kasar. Aku tak tahan. Aku berteriak dan berusaha lepas. "Lepasinnnn! Apa-apaan sih kamu menuduh yang nggak-nggak? Bukannya kamu yang pergi dengan Cynthia? Aku sudah mencari kamu ke mana-mana, aku nggak pernah pergi. Aku selalu menunggu. Kamu yang nggak pernah datang."
Sekali lagi aku ditamparnya. Suara keributanku dengan Andi mengundang perhatian seisi kosku. Wulan langsung berlari menghadang Andi. Dan teman-temanku lainnya berusaha mengusir Andi dengan segala benda yang dibawanya.
"Kamu nggak apa-apa Win?" tanya Wulan. Aku menangis di pelukannya. Aku tak tahu lagi harus berbicara apa. Kekasih yang kucinta itu mungkin sudah hilang akalnya. Aku sampai seperti tak mengenalinya. Aku tak tahu kenapa ia yang menghilang justru marah dengan tak logis.
"Sudah Win, sudah. Kita ke dalam yuk..." kata Wulan dan teman-teman menenangkanku. Di dalam, aku dirawat dan dibantu mengompres lukaku. Kudengar dari teman-teman, katanya Cynthia memutuskan Andi. Dan mungkin hal itu membuatnya emosi, sehingga ia mencari perkara untuk melampiaskan emosinya kepadaku.
Aku tak mengerti, kenapa harus aku yang dicari. Tapi mungkin karena sikapku yang terlampau nerimo. Diam atas semua tindakan kasar yang dilakukannya kepadaku.
Aku sadar. Andi salah, tetapi aku jauh lebih salah karena telah membiarkan kekerasan fisik yang dilakukannya terhadapku malah kututupi dan kubiarkan semakin merajalela. Sejak hari itu, pergi ke mana-mana aku tak boleh sendirian. Teman-teman selalu menjagaku, dan melindungiku.
Aku masih terlalu takut mengambil tindakan untuk melaporkan Andi. Sejenak aku ingin tenang dan melupakan saja masalah ini. Aku hanya berharap, ia tak menampakkan batang hidungnya lagi.
***
Dua tahun berlalu. Tanpa sengaja dua minggu lalu aku bertemu dengan Andi. Sejak saat itu, dia berusaha menyambung kembali silahturahmi. Namun, bayangan masa lalu begitu membuatku takut.
Aku masih berusaha bersikap sopan terhadapnya. Aku menghindar, aku sangat takut.
Sampai akhirnya hari ini, aku bertemu dengannya, luka yang perlahan mulai sembuh itu seketika sakit lagi.
"Aku benar-benar minta maaf Win. Aku salah. Kamu masih sayang aku kan?" Andi berlutut dan berusaha bersimpuh di kakiku.
Aku melompat, menjauh darinya. "Aku sudah katakan padamu, Ndi. Aku memang pernah mencintaimu, tapi itu dulu! Kini aku sudah tak punya perasaan apapun. Tolong... aku hanya ingin menjalani hidupku," kataku berusaha pergi darinya.
Ia terdiam. Wajahnya memerah. Kakiku terasa berat seperti terpaku. Aku ingat wajah itu, aku ingat raut muka itu. Raut muka marah yang siap menghujaniku dengan bogem mentahnya. Aku... aku...
***
Aku tersadar di sebuah ruangan asing yang penuh dengan aroma obat-obatan. Aku berusaha bangun, tetapi tubuhku terasa sakit semua. Dio segera menghampiriku. "Kamu sudah siuman?" dibelai dan digenggamnya tanganku.
"Aku di mana?"
"Kamu berada di bawah penanganan dokter. Sudah tiga hari kamu tidak sadarkan diri. Seorang bapak tua menemukanmu di dekat blok rumah. Kamu langsung dibawa ke rumah sakit karena tubuhmu penuh luka hantaman. Ada beberapa luka tusukan juga di perutmu, sehingga perutmu harus dijahit. Syukurlah, kamu cepat mendapatkan pertolongan sehingga kamu nggak kehilangan banyak darah..." jelas Dio membuatku tercengang. Jadi, dia melakukannya lagi. Dia tega melakukannya lagi...
"Aku... ini bukan perampokan Dio. Aku tahu siapa pelakunya. Aku tak akan diam lagi kali ini. Aku harus melaporkannya..." kataku lirih sambil berlinang air mata.
Seharusnya tindakan melaporkan Andi sudah kulakukan sejak dulu. Tidak kutahan-tahan, dan kuanggap selesai begitu saja. Andi yang kupercaya akan berubah seiring waktu, tak jua menunjukkan penyesalannya. Ia tetap Andi yang sama, selama ia tak mendapatkan hukuman dan disadarkan.
Teman... apabila kamu mengalami hal yang sama sepertiku. Aku berharap kamu tidak diam saja. Segera lakukan pelaporan pada pihak yang berwenang. Dan Komnas Perempuan juga tidak akan membiarkan kekerasan ini terulang lagi padamu. Jangan takut ya, agar kau bisa terbebas dari kekerasan fisik seperti yang aku alami.

Kisah Mengharukan di Balik Foto Anak Menggendong Ibunya




Vemale.com - Beberapa waktu yang lalu, sebuah foto yang menyentuh hati tersebar di internet. Foto itu menggambarkan seorang pria yang menggendong wanita lanjut usia dengan kain gendongan, seperti seorang ibu yang menggendong anaknya. Foto itu begitu mencuri perhatian dan banyak orang yang bertanya, siapa dia? Siapa yang digendongnya? Apa yang sedang mereka lakukan?
Foto tersebut rupanya adalah foto seorang pria yang sudah berusia 62 tahun dan bernama Ding Zhu Ji. Ia sedang berada di salah satu rumah sakit di China untuk mengantarkan ibunya. Sang ibu yang sudah berusia sangat tua, ringkih dan mengalami patah tulang, akhirnya digendong oleh Ding Zhu Ji ke rumah sakit. Ia melakukannya karena berpikir bahwa menggendong ibunya ke rumah sakit akan lebih cepat sampai dan dirinya tidak akan merasa terlalu lelah walau menggendong ke sana.
Pria ini sama sekali tak menduga bahwa apa yang ia lakukan akan mencuri perhatian banyak orang. Pemandangan yang begitu menyentuh ini kemudian diabadikan oleh seseorang dalam bentuk foto yang kini beredar luas di internet. Selain itu, CCTV rumah sakit juga sempat merekam momen di mana pria ini menggendong ibunya yang nampak seperti bayi.
Sang ibu saat ini sudah berusia 85 tahun, namun Ding Zhu Ji mengisahkan bahwa ia sangat berhutang budi pada ibunya. Saat masih mengandung Ding Zhu Ji usia 6 bulan, keduanya nyaris dilempar ke laut karena sang ibu tidak sengaja menghilangkan kartu identitas naik perahu bersama prajurit Taiwan. Banyak orang yang memohon agar ibu Ding Zhu Ji yang sedang mengandung itu tidak dilempar ke laut, hingga detik-detik menegangkan itu berubah melegakan karena ada orang yang menemukan kartu identitas mereka.
Ding Zhu Ji yang mendengar kisah itu dari ibunya menjadi semakin sayang pada wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya tersebut. Meski merupakan anak sulung, dirinyalah yang paling dekat dengan sang ibu. Bahkan hingga setua ini pun, ia masih merawat sang ibu. Ding Zhu Ji juga merasa bersalah karena tak menjaga ibunya dengan baik sehingga mengalami patah kaki kiri. Ding Zhu Ji pernah sangat ingin membawa ibunya yang sudah menua dan mulai pikun untuk pulang dan menemui saudara di Tiongkok. Sayangnya sebelum itu sempat terjadi, sang ibu sudah kehilangan ingatannya dan hal itu membuatnya sangat menyesal.
Ladies, Anda pasti pernah sejenak mengingat masa kecil Anda, kemudian membandingkannya dengan masa sekarang di mana Anda sudah dewasa dan bisa memilih serta memutuskan apa yang Anda inginkan. Masa kecil Anda dengan orang tua yang menimang dan menyayangi, sesekali memarahi dan membuat kita menangis atau kesal. Namun semua itu pada dasarnya adalah wujud kasih sayang orang tua yang ingin selalu bisa melindungi anaknya.
Lantas, sudah berbuat apakah kita pada orang tua? Bayangkan bila kita tua nanti. Kita bukan lagi sosok yang kuat dan bergairah seperti sekarang. Kita sudah menjadi sosok yang rapuh dan perlahan tapi pasti, usia akan memundurkan semua kemampuan kita. Kita akan kembali seperti bayi yang butuh pertolongan anak-anak kita.
Ding Zhu Ji adalah sebuah inspirasi nyata mengenai anak yang berbakti pada ibunya. Bagaimanapun orang tua kita sudah menua dan pikun, dahulunya mereka adalah orang yang selalu menuntun kita berjalan, mengajari kita bicara, tempat berlindung dan mencurahkan air mata, tempat bermanja yang tulus dan menyayangi kita. Berbaktilah pada orang tua. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk membahagiakan mereka selagi kita masih bersama mereka.
Tunjukkan kehadiran Anda yang tersenyum tulus padanya. Maka tak ada yang lebih membahagiakan kedua orang tua Anda selain anak-anaknya yang masih mengingat dan menyayangi mereka.

Tenang Saja, Masih Ada Pelangi Setelah Hujan







Vemale.com - Orang bijak pernah berkata, hidup di dunia ini Anda akan bertemu dengan pahit dan manisnya banyak hal. Seringkali yang akan Anda temui terlebih dahulu adalah hal-hal pahit yang membuat Anda menangis dan hati meringis.
Tetapi, percayalah bahwa bukan hal yang getir itu yang sedang dirancang oleh Tuhan. Namun, kejadian tersebut adalah sebuah pondasi agar Anda kuat dan kemudian tinggal menyesap manisnya hidup.
***
Seringkali, kita menyalahkan Tuhan ketika kejadian yang dialami membuat sedih dan kecewa. Belum lagi saat kita menginginkan sesuatu dan tak bisa mendapatkannya. Rasanya sesak di dada. Apa sih yang Tuhan mau? Memperkenalkan kita pada seseorang, membuat kita jatuh cinta kemudian memisahkan kita?
Hal-hal seperti itu mungkin membuat Anda merasa seperti orang tersial di dunia.
Namun lihatlah lebih dalam lagi dari setiap kejadian pahit yang Anda temui. Ada beberapa pelajaran penting tentang kesabaran, rasa syukur, mempelajari karakter seseorang, mengerti bagaimana harus bersikap, yang semua hal tersebut memang mahal harganya. Dan, Anda tak akan pernah tahu kelak semua hal pedih itu akan membawa buah manis apa.
Anda yang tengah kehilangan pekerjaan dan sulit mendapatkan pekerjaan yang baru, juga akan berpikir mengapa dunia ini begitu tidak adil? Tetapi apa yang bisa membuat Anda bahagia dari pekerjaan sebelumnya? Anda seringkali pulang dengan rasa lelah dan keluhan. Bukankah ini adalah kesempatan bagi Anda bertemu dengan pekerjaan yang lebih baik?
Dan kalau Anda kehilangan sesuatu barang kesayangan, Anda akan belajar untuk lebih berhati-hati. Lebih mensyukuri hal yang terkadang Anda remehkan.
Percayalah saja, teman. Masih ada pelangi setelah hujan. Tuhan tidak akan meninggalkan Anda dengan tangan kosong saat harus maju berperang. Tameng dan semua alat-alat canggih sedang disiapkan untuk mempersenjatai Anda. Yang dibutuhkan hanyalah sebuah kesabaran saat Anda menunggu semua disiapkan. Dan berusaha untuk memaksimalkan semua peralatan tersebut.
Masih banyak kerikil tajam yang akan Anda temui di depan. Tetapi sekali lagi tetaplah percaya, selalu ada pelangi setelah hujan. (vem/bee)