Sabtu, 09 Juni 2012

Pelangi Cinta


Penulis : Nur Aminah

Pagi yang begitu dingin membuatku enggan membuka mata untuk beranjak dari tempat tidurku dan selimut tebal yang membuatku begitu hangat. Sang Matahari tidak menyapaku pagi ini, sebagai gantinya gumpalan awan gelap menyelimuti langit di pagi yang indah ini. Suatu pertanda kalau hari ini akan datang hujan sepanjang hari. Hufftt… Hal yang paling aku benci karena hujan membuat langit menjadi mendung sehingga aku tidak dapat melihat indahnya sinar mentari di pagi hari. “ Nana..!!!! Ayo cepat bangun sayang… sudah siang, emangnya kamu gak berangkat sekolah hari ini???.” Terdengar teriakan mama samar-samar dari arah dapur.BRAKK, tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar.” Kakak cepet bangun…!!!! mama udah marah-marah, sekarang udah jam 06.30 ntar kakak telat lho….”teriak adikku mencoba membangunkanku sambil menarik-narik selimutku. “Kakakkkk….. Cepetan bangun ntar di marahin mama lho…” teriak Dandy lagi.“ Iya.. Iya… Emangnya Jam berapa sih ?? Kok udah pada teriak-teriak, ini kan masih jam 05.30 adikku sayang.”Kataku sambil melirik ke arah jam dinding di kamarku, aku heran melihat Dandy memberikan tangannya kepadaku.” Lihat jam tangan Dandy baik-baik… Sekarang udah jam 06.30 jam di kamar kakak mati. Jadi kakak siap-siap aja buat telat ke sekolah.” Oh My God, Aku kaget melihat jam milik adikku itu. Dengan cepat aku langsung meraih handukku dan terus melaju ke kamar mandi. Semua orang di rumah itu hanya geleng-geleng kepala menyaksikan aksiku yang sedang terburu-buru.
Setelah berlari-larian mengejar bus dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya yang kebanyak pelajar sepertiku akhirnya sampai juga di sekolah. Sambil terus berdoa dalam hati semoga hujan tidak turun agar aku tidak sial hari ini. Tanpa aku sadari pak Satpam yang sedang berdiri di Gerbang Sekolah menegurku. “ Neng Nana telat lagi ya..??” Sapanya sambil setengah menahan tawa melihatku terengah-engah. Sudah tau nanya. Batinku kesal. ”Ya Pak”.Jawabku singkat sambil tersenyum simpul. Kemudian aku melanjutkan perjalanan menuju ke kelas. Di tengah perjalan tiba-tiba aku bertemu dengan Pak Cipto. Guru BK yang super killer di sekolah ini. Banyak murid yang membencinya, murid satu sekolah ini rata-rata membencinya dan tak mau berurusan dengan dia termasuk aku. Rasanya ingin sekali menghilang dari pada mesti berhadapan dengan pak Cipto. Tapi, kenyataannya sudah terlambat karena Pak Cipto kelihatannya memang sengaja menungguku.” Nana… Kamu cepat ikut ke ruangan Bapak…” Kata Pak Cipto dengan wajah kaku. Hatiku berdebar begitu kencang, keringat dingin pun mengalir. Apa yang akan aku hadapi nanti di ruang BK. “ Baik pak .“jawabku pasrah sambil mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di kelas aku heran melihat Caca teman sebangkuku duduk dengan Rio. Sedangkan semua bangku telah terisi dan hanya satu bangku yang tersisa di sebelah Indra cowok super pendiam dan cuek. Meskipun dia tampan tapi melihat sikapnya yang begitu pendiam dan cuek membuatku merasa tidak nyaman jika berada di dekatnya. Sambil terus melotot ke arah Caca yang sedang asyik mengobrol dengan Rio aku berjalan menuju bangku yang kosong itu. Tambah lagi kesialanku hari ini. Gerutuku dalam hati. “ Na, sorry hari ini kamu duduk bareng Indra ya. Soalnya aku udah dari tadi duduk sama Rio aku kira kamu gak masuk hari ini, Gak apa kan ??. ” Tanya Caca setelah melihatku. Sebenarnya aku ingin marah padanya tapi setelah aku pikir mungkin ini emang salahku. “ Ya udah terserah kamu.” Jawabku ketus. “ Makasih ya, Nana sayang.” Ucapnya seraya mencubit kedua pipiku sehingga aku pun meringis menahan sakit. “ Tega banget sih, sakit tau Ca.” Caca hanya tertawa melihat pipiku yang mulai memerah.
Siang menjelang namun matahari tak juga menampakan diri, sebaliknya butiran-butiran bening terus berjatuhan dari langit. Hujan memang pertanda buruk bagiku itulah sebabnya aku benci hujan. Aku menerima hukuman harus membersihkan ruang BK setelah pulang sekolah. Dengan terpaksa aku harus membersihkan ruang BK sendirian karena Caca ada les Fisika setelah pulang sekolah. Ruang BK memang tidak begitu luas, tapi karena jarang di bersihkan butuh usaha ekstra untuk membersihkannya. Setelah selesai membersihkan semuanya aku bergegas untuk segera pulang karena hujan sudah lumayan reda hanya tinggal gerimis kecil.
Suasana sekolah setelah pulang sekolah begitu sepi dan sedikit mencekam, sehingga aku menuju ke luar gerbang sekolah dengan berlari. Di gerbang sekolah terlihat ada seseorang yang sedang duduk di atas motor. Setelah aku perhatikan ternyata cowok itu Indra.Mungkin dia sedang menunggu seseorang. Aku menjawab pertanyaanku sendiri.
“ Ngapain masih disini Ndra ?.” Aku memberanikan diri untuk menghampirinya dan bertanya.
“ Ya, Nungguin Kamu lah. Aku udah satu jam lebih nungguin kamu disini.”
“ Emangnya ada perlu apa sama aku?.” Tanyaku kaget sekaligus penasaran.
“ Kita kan ada tugas makalah dan mesti di kumpulin seminggu lagi. Jadi, kita mesti cari materinya mulai dari sekarang. Mau gak ? Kalau gak mau aku bisa cari sendiri.” Jelasnya dengan nada ketus.
“ O iya.. Aku lupa. Tapi cepet banget sih mau cari materinya sekarang. Lagian Bu Suci juga baru ngasih tugasnya tadi pagi. Gimana Kalau besok aja? Hari ini kan hujan Ndra.” Jawabku mencari alasan untuk menolak ajakannya.
“ Ya udah kalau gak mau, aku bisa cari materinya sendiri.”Dari suaranya terlihat sekali kalau di kesal denganku.
“ Yaudah deh, aku ikut. Tapi hujan nih.” Aku terpaksa menyetujui ajakannya.
“ Terus ???.”Jawabnya cuek.
“ Ya masak mau ujan-ujanan sih.” Aku mulai kesal dengan sifat cueknya.
“ Ini pake jaket aku biar kamu gak kehujanan.” Katanya sambil memberikan jaketnya kapadaku.
“ Terus kamu gimana ?.” Tanyaku merasa tidak enak.




“Udah, gampang. Ayo..” Dia pun menyalakan motornya dan aku pun segera memboceng.Ternyata dia baik juga. Batinku dalam hati sambil tersenyum sendiri.
Sepanjang jalan tak ada satu kata yang terucap. Kami hanya diam dan hanyut di tengah hujan yang semakin deras. Akhirnya, Indra memutuskan untuk berteduh di sebuah rumah makan. Kebetulan sekali karena perutku sudah begitu keroncongan. Rumah makan itu begitu unik karena di kelilingi oleh hamparan sawah. Suasananya pun begitu nyaman dan tidak terlalu ramai. Heran kenapa Indra bisa menemukan tempat sebagus ini. Kami duduk di lesehan karena dari situ bisa melihat pemandangan yang begitu indah.
“Kamu pasti belum makan siang kan ?.” Tanya Indra. Aku heran kenapa dia bisa tahu. Apa dia mendengar perutku keroncongan ya.Aduh, jadi malu nih.
“Kita makan dulu sekalian nunggu hujannya reda, habis itu baru kita cari materi buat makalah.” Jelasnya panjang lebar. Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan darinya itu. Kemudian dia mulai memesan makan dan aku pun tak mau ketinggalan. Tak berapa lama setelah kami memesan, akhirnya hidangan pun sudah siap. Tanpa basa-basi aku lansung menyantap nasi dan ayam goreng yang tadi aku pesan itu dengan lahap. Tanpa aku sadari Indra melirik ke arahku dan tersenyum sendiri. Aku gak pernah membayangkan bakalan makan berdua bersama dia. Meskipun kita satu kelas tapi kita berdua tidak pernah bicara ataupun menyapa satu sama lain. Aku yang cenderung cerewet dan dia yang hanya berbicara jika itu perlu. Sebenarnya meskipun aku tidak pernah berbicara dengannya, diam-diam aku selalu memperhatikannya. Ketika dia menuliskan rumus-rumus di papan tulis untuk setiap jawaban dari pertanyaan Pak Yuli atau ketika dia sedang mengajari seorang teman yang belum paham dengan pelajaran tertentu. Pantas jika dia selalu mendapatkan juara kelas.
“ Makannya biasa aja kali.. Gak usah buru-buru gitu.” Dia menegurku. Aku begitu kaget sehingga aku pun tersedak dan batuk-batuk. Dia pun segera menyodorkan air minum kepadaku.
“ Makanya kalau di bilangin itu jangan ngeyel.” Dia menertawakanku.Hufft.. Menyebalkan.Aku begitu malu untuk menatapnya.
“ Siapa suruh kamu ngagetin aku. Aku kan lagi konsentrasi makan.” Kataku kesal.
“ Ya deh maaph… ” Kali ini dia tersenyum. Dia terlihat begitu tampan sewaktu tersenyum.
“ Habis ini kita kemana ?.” Tanyaku setelah selesai makan. Tampaknya hujan juga sudah mulai reda.
Indra hanya diam. Aku hampir kesal karena merasa di cuekin lagi olehnya.
“ Coba kamu lihat kearah kanan kamu.”Dia menyuruhku dan aku pun menoleh dan mencari-cari apa yang di maksudkan Indra itu. Sampai aku melihat pemandangan yang luar biasa yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah pelangi melingkar di padang sawah, menambah keindahan ciptaan sang kuasa itu.
“ Ndra bagus banget…” Ku ungkapkan kekagumanku tapi Indra lagi-lagi malah sibuk mengambil sesuatu dalam tasnya. Aku pun tak menghiraukannya dan kembali melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Ketika aku menoleh ke arah Indra ternyata dia sudah siap mengambil foto dengan kameranya. Sejak kapan anak itu suka sama fotografi. Tanyaku pada diri sendiri.
“ Cepetan… berdiri..!!!!” Suruhnya kepadaku. Akupun berdiri kemudian dan dengan cepat dia mengambil fotoku. Aku di suruh bergaya semauku dan aku pun mengikutinya. Gak nyangka ternyata ada sisi lain yang aku tidak tau tentangnya. Sisi lain yang begitu menyenangkan dan nyaman. Hal itu membuatku semakin kagum dan menyukainya.
“ Selalu ada sesuatu yang indah di balik hujan. Makanya jangan jadikan hujan sebagai pertanda buruk atau kesialan.” Aku kaget kenapa indra bisa tahu. Tapi, perkataannya menyadarkanku. Setelah melihat semua keindahan hari ini mungkin aku akan mulai menyukai hujan dan akan selalu menantikannya agar aku bisa melihat kembali pelangi setelah hujan reda.
“ Kenapa kamu bisa tahu kalau aku benci hujan ?.” Tanyaku penasaran. Dia hanya tersenyum mendengar pertanyaanku. Terasa getaran-getaran halus dalam hatiku melihat senyumannya. Kami pun melanjutkan perjalanan ke perpustakan kota untuk mencari materi makalah. Dari semua kejadian yang aku alami, aku mendapat ide membuat makalah bertema Hujan dan ternyata Indra tidak keberatan dengan usulku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar