Sabtu, 23 Juni 2012

PENYESALAN CINTA



Cerpen Penyesalan Cinta
cerpen karya Nina Yusuf
Cinta ada karena terbiasa. Mungkin kata-kata itu yang paling tepat untukku. Namaku Nina, aku duduk di bangku XII SMA. Aku punya seorang tetangga cowok yang saat ini sedang kuliah tingkat 1, namanya Ade. Aku bertetanggaan sama dia sejak dari lahir. Boleh dibilang dia sudah seperti kakakku sendiri. Dia sangat perhatian padaku. Dia baik dan humoris. Aku sangat menyukainya. Awalnya rasa ini cuma sebatas rasa senang karena diperhatikan seperti seorang adik, tapi lama kelamaan rasa ini tumbuh menjadi benih-benih cinta di hatiku. Dulu waktu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku juga pernah suka sama dia. Ku pikir itu hanya dampak dari masa puber ku. dia suka menyanjungku, karena itulah aku sempat berpikir dia mencintaiku. maklumlah aku baru lepas dari masa anak-anak.

Saat ini rasa itu kembali hadir. Aku kembali merindukannya. Entah dari mana awalnya, namun perlahan-lahan rindu itu semakin menyiksa. Saat dia kembali ke tempat kuliah, aku merasa sangat jauh darinya. Tapi saat dia di rumah, aku bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa padaku. Sebenarnya aku sudah mencoba tuk ngilangin perasaan ini. Aku tau, gak mungkin bagiku tuk bisa menjadi kekasihnya. Dia sudah menganggapku sama seperti adiknya, dan apa kata orang tua kami jika kami berpacaran. Aku malu sama perasaanku ini. Aku bingung harus bagaimana. Aku terus berusaha memendamnya.

***
Hari ini hari minggu. Saat yang tepat bagiku untuk bermalas-malasan. Seharian ini aku cuma duduk di depan tv. Saat sedang asyik-asyiknya nonton FTV, ponselku berdering. Ku raih dengan malasnya. Ku lihat ada 1 panggilan masuk dari nomor tak di kenal.

“halo…”

“ya halo.. Nina ya??”

“iya, bener.. ne siapa??”

“ne kakak, dek..”, jawab suara di seberang sana.

“kakak siapa??”

“kak Ade.. masa’ dek gak ngenalin suara kakak seh?? Ge apa sekarang dek??”

Kak Ade?? Jantung ku hampir copot ketika dia nyebutin namanya. Aku gak percaya kalo yang nelfon ini kak Ade. “Aku mimpi gak yach??”, batinku. Ku cubit lenganku tuk mastiinnya. Owh, sakit. Ternyata aku gak mimpi.

“lho dek, ditanya kok bengong??”

“o..o..eee.. ma..maaf kak…”, aku tergagap.

“hahaha… lucu dech.. o ya dah dulu ya dek, kapan-kapan kita sambung lagi. Kak ada keperluan. Bye..”

“iya kak, bye..”

Klik. Telfon teputus. Aku masih bengong. Gak percaya sama apa yang barusan terjadi. “kak Ade nelfon aku. Oh my God pertanda apa ini??” seru ku dalam hati.

Itulah awal dari kedekatan kami. Sejak saat itu dia sering menelfon ku. Dia cerita pengalaman-pengalaman kuliahnya. Aku juga banyak curhat sama dia. Hatiku semakin berbunga-bunga. Aku semakin yakin mimpi ku akan jadi nyata.

Dua bulan berlalu. Masa pedekate ku telah berakhir. Hari ini aku resmi menjadi pacarnya. Tadi malam, tepatnya malam minggu dia mengutarakan isi hatinya. Dia berjanji akan selalu ada untukku. Aku sangat bahagia. Ternyata cintaku gak bertepuk sebelah tangan.

***
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Kurasakan cintanya kini telah memudar. Dia tak seperti pertama jadian dulu. Dia hanya menghubungiku di saat dia kesepian. Aku mencoba bertahan dengan semua ini. Aku yakin suatu saat dia pasti akan kembali seperti dulu.

Semakin lama penantian ini, semakin hampa ku rasa. Dia tak kunjung berubah, bahkan dia semakin menjadi-jadi. Sekarang dia sering berbohong padaku. Dia gak pernah lagi menepati janji. Dia gak membutuhkan ku lagi. Aku sedih, luka di hati ini semakin dalam. Aku menjerit dalam hati “apa salahku, sehingga kamu bersikap begini padaku?? Tolong beri penjelasan tentang hubungan ini.” Aku gak kuat lagi. Ku coba menghubungi teman dekatnya yang juga temanku. Ku cari nomornya di ponsel. Langsung saat itu juga ku telfon dia.

“halo.. kak Iwan..”

“iya Na.. pa kabar?? Tumben nelfon kakak..”

“kak, Na mau minta tolong. Na gak sanggup lagi sama sikap kak Ade. Tolong tanyain ma dia kejelasan tentang hubungan kami.”, 

“lho.. kok gak Nina sendiri yang tanya??”, katanya heran.

“udah kak, tapi dia gak mau jawab. Dia cuma bilang lagi sibuk banyak tugas, jadi gak sempat hubungin Nina..”, jawab ku lirih.

“ya udah gini aja, kalo kak sendiri yang nanyain, pasti Na gak bakalan percaya sama jawabannya. Kita sambung 3 neh telfon, tapi Na gak usah bicara, Na denger aja apa yang dia bilang. Satu lagi, apapun yang dia katakan Na gak boleh bersuara sedikit pun.. Biar kak yang telfon. Ok..”

“ok kak..” telfon ku tutup.

Gak lama setelah itu, kak Iwan pun nelfon. Setelah ku angkat, dia langsung nelfon pacarku. Awalnya mereka ngobrol seperti biasa. Kak Iwan sedikit berbasa-basi. Setelah beberapa menit kak Iwan langsung ke pokok permasalahan. Terdengar di seberang sana kak Ade agak kaget mendengarnya.

“lo apain Nina?? Kok dia nangis-nangis ma gue??”

“maksud lo?? Gue gak ngerti. Kenapa tiba-tiba lo bertanya kek gini??”

“kemaren Nina nelfon gue, dia nangis. Dia bilang gak kuat lagi ma sikap lo. Lo seakan-akan gak butuh dia lagi..”

“O… jadi dia ngadu sama lo?? Dasar tuch cewek, cengeng banget jadi orang. Gue gak apa-apain dia. Gue Cuma jenuh aja sama sikap dia yang kekanak-kanakan. Gue gak tahan sama cewek kek gitu. Gue bosen ma dia..!!”, nada suaranya meninggi.

“kalo lo bosen ma dia dan pengen mutusin dia, lo bilang donk baik-baik. Bukan kek gini caranya. Gak ada hak lo nyakitin anak gadis orang..!!”

“gue udah gak mood ngomong ma dia. Kalo lo care ma dia, lo aja yang ngasih tau dia. Gua gak butuh cewek kek gitu. Dan mulai sekarang gue gak bakalan ganggu dia lagi!!”

Klik. telfon ku matiin. Tetes demi tetes air mata ini mulai berjatuhan. Aku gak tertarik mendengar ending dari percakapan ini. Aku udah bisa menebak akhir dari semua ini. Kesabaranku selama ini berbuah kesia-siaan. Penantianku selama 1,5 tahun ini gak berarti apa-apa. Dia tidak ingin berubah seperti dulu lagi, malah dia mencampakkan ku. Dia diam bukan untuk introspeksi diri, dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa putus dari ku. dia tega berbuat seperti ini padaku. Aku kecewa, aku menyesal telah menjadikan dia bagian dari hidup ku.
*****



Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/06/cerpen-penyesalan-cinta.html#ixzz1ygHJ18y9

HARI TERLARANG



CERPEN PERPISAHAN
Cerpen karya Dita Puspitasari

Kringgg kringgg kringgg bel sekolah berbunyi, tenda masuk sekolah. Raisa yang emang lAngganan kesiangan masih santai-santai berjalan mendekati gerbang sekolah diantar oleh kakaknya.

“Udah masuk ya Sa?” tanya Isar, kakak Raisa

“Iyaaaa, pokokknya ade gak mau tau! Kakak harus ngasih alasan ke guru yang ada di kelas ade. Biar ade bisa belajar”

“Yaaaaaaaaa. Kasian banget ya, baru juga minggu kemarin MOS, udah dapet point gara-gara kesiangan”

Sesampainya di kelas Raisa, Isar memberikan penjelasan secara detail kepada guru yang sedang mengajar di kelas Raisa. Syukurnya Raisa tidak mendapatkan point tambahan dari guru tersebut.

Itulah kegiatan Raisa selama pagi hari. Bangun pukul 05.00 dan pergi ke sekolah pukul 06.30 diantar oleh kakaknya. Emang sih Raisa kesiangan gara-gara diantar oleh kakanya. Tapi mau gimana lagi? rumah Raisa sangat jauh dari sekolahnya. Jadi gak ada ojej gratis lagi selain kakaknya. Meskipun harus selalu telat kalau datang ke sekolah. Tapi meskipin Isar adalah penyebab utamanya Raisa kesiangan, Isar adalah sosok kakak yang sangat perhatian sama Raisa. Isar selalu membantu PR Raisa, ngebuatin makan kalau di rumah gak ada siapa-siapa. Baik deh pokokknya. Raisa sendiri adalah remaja perempuan yang cinta banget sama musik. Raisa bisa memainkan berbagai macam alat musik. Yang luar biasanya lagi Raisa belajar sendiri alat musik itu. Wajar aja sih karena ibu dan bapaknya juga cinta sama musik. Dibalik semua itu ada juga yang Raisa benci. Perpisahan. Satu kata yang sangat dibenci oleh Raisa. Ia tidak menginginkan hal itu.

Saat pulang sekolah, Raisa kaget melihat kakanya mengemas barang di kamarnya. Hal yang memang tidak biasa Isar kerjakan, karena menurut Raisa kakakya itu paling tidak bisa jika disuruh beres-beres. Ternyata Isar harus pergi kuliah ke Australia besok pagi, dan menetap di Australi selama 3 tahun.

Dari Raisa pulang sekolah sampai pukul 23.00, Raisa dan Isar menghabiskan waktu bersama. Apapun yang mereka lakukan pada hari itu akan menjadi kenangan yang akan Raisa ingat. Ibunda mereka tidak marah ketika mengetahui anak-anaknya terjaga kurang lebih 12 jam. Karena kapan lagi kedua anaknya itu dapat seperti itu. Tiga tahun yag akan datang Raisa sudah lulus SMA, dan akan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Dan mungkin Isar sudah sibuk dengan pelamaran kerja atau mungkin Isar sudah kerja.
***

Pagi-pagi sekali Raisa bersiap untuk mengantar kakaknya ke bandara, sebenarnya Raisa tidak mau melihat kakaknya pada pagi hari itu, tapi karena ini adalah pertemuan terakhir Raisa dengan kakaknya yang akan pergi kuliah selama 3 tahun, terpaksa Raisa ikut. Di bandara Isar memberikan jam tangannya kepada adiknya.

“Sa, simpen ini yaaa. Jangan kangen deh. Terus jangan cengeng yaa adikku sayang. Jam tangan ini berputar gak akan kerasa kok. Tau-tau kakak lo ini udah ada di Indonesia lagi dan bisa main sama adiknya lagi” ucap Isar di bandara. Raisa hanya bisa menerima jam tangan tersebut tanpa berkata apapun. Setelah pesawat terbang, Raisa pergi ke sekolah dengan mata yang masih bengkak.

“Baru aja perpisahan di SMP, masa kakak gue udah ninggalin gue ke Australi?” ucap Raisa kepada teman sebangkunya.

“Sa, setiap pertemuan itu pasti ada perpisahan. Tenang aja, raga lo sama kakak lo emang pisah, tapi jiwa lo dan kakak lo gak akan pisah Saaa. Percaya deh sama gue” kata Riri.

Dari situ Raisa baru menyadari banwa sebenarnya perpisahan itu bukan ajang untuk menangisi keadaan, melainkan ajang untuk melatih kedekatan batin. Menurut Raisa perpisahan itu sangat terlarang tapi tetap saja meninggalkan kesan yang sangat dalam.
*** TAMAT ***



Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/06/cerpen-perpisahan-hari-terlarang.html#ixzz1ygHYAjw7

Dari Sebuah Diary Hati



Cerpen karya Andri Rusly

               “Tak Kan Pernah Ada” masih mengalun dari MP3-nya Andre. Mulutnya ikut komat-kamit mengikuti irama lagunya Geisha. Hmm, kelihatannya Andre begitu menjiwainya. Kenapa nih anak jadi termehak-mehek begini ya? Memang ada yang lain dalam diri Andre. Setelah setahun persahabatannya dengan Rere berjalan. Susah senang dilaluinya bersama. Rere memang sahabat yang baik dan manis. Mang begitu kok kenyataannya. Bukannya Andre berlebihan dalam menilainya. Sahabat yang di saat duka selalu menghibur dan di saat suka selalu hadir tuk berbagi tawa. Rere pernah bilang kalo semua saran Andre selalu diturutin dan begitupun sebaliknya. Pokoknya di mana ada Andre di situ ada Rere. Begitulah hampir setiap ada kesempatan mereka selalu pergi bersama-sama. Gak ada pikiran yang “aneh”. Gak ada perasaan apa-apa termasuk cinta!.

               Tapi kenapa Rere sampai saat ini belum juga punya cowok ? Padahal kalo dipikir-pikir Rere gak sulit untuk mendapatkan cowok. Mang sih Rere adalah tipe cewek yang sulit jatuh cinta. Gak sembarangan Rere menilai seorang cowok. Ya memang, inilah yang membuat Andre takut. Takut perasaannya hanya akan menjadi permainan waktu semata. Waktu yang entah sampai kapan akan membuat Andre terombang-ambing oleh cinta. Apakah ini cinta? Ya, ini adalah cinta. It must have been love kata Roxette. Ah, Andre terus memendam perasaannya. Sampai-sampai suatu ketika Andre dikecam oleh perasaan cemburu. Perasaan yang dulu gak pernah ada kini muncul. Cemburu saat Rere menceritakan kalo ada cowok yang naksir padanya. Apakah cemburu pertanda cinta? Kata orang cemburu tidak mencerminkan rasa cinta tapi mencerminkan kegelisahan. Aduh, Andre makin ketar-ketir aja dibuatnya. Andre benar-benar gelisah. Lama-lama tersiksa juga batinnya. Ada keinginan yang harus diutarakan. Tentang masalah perasaan Andre yang gak karuan tentang Rere. Cuma gak ada keberanian. Andre takut kalo Rere membencinya. Ini gak boleh terjadi.

               Kemudian akhirnya Andre berusaha untuk melupakannya tapi gak bisa, malah rasa sayang yang semakin membara. Apakah salah kalo Andre ingin menjalin hubungan yang lebih hangat bukan hanya sebagai seorang sahabat? Hmm, Andre harus berani. Harus berani ambil segala resikonya.

               “Rere, aku mencintaimu” kata Andre akhirnya setelah sekian lama dipendamnya. “Aku akan serius ma kamu dan mau menyayangimu seutuhnya”.

               Ia pandangi wajah Rere. Gak ada amarah di wajahnya yang ada hanya tangis. Ups, Rere menangis. Andre makin bertanya-tanya. Baru kali ini Andre melihat Rere menangis.

               “Kenapa Re? Apa kata-kata ku nyakitin perasaan kamu?”

               Rere menggeleng. Sambil masih terisak ia coba menjelaskan ke Andre. Andre siap mendengarkan jawaban Rere. Apapun itu meskipun kata “tidak” sekalipun. Dan benar juga, kata tidak yang terlontar dari mulutnya. Ya, Andre harus menerimanya. Sepeti kata Eric Segal dalam bukunya, “Cinta berarti kamu takkan sekali saja melafalkan kata sesal”. Rasanya dada terasa mau jebol, gerimis serasa hujan badai. Sepinya malam itu terasa lebih sunyi seolah hanya mereka berdua saja di alam ini. Tak ada suara hewan atau serangga yang meramaikan bumi.

               “Maafin aku ya, Ndre?” tangan Rere menggenggam jemari Andre. Andre terdiam. “Kamu pasti kecewa ma jawabanku, ya? Tapi itu bukan berarti aku gak ada ‘rasa’ ma kamu. Aku hanya takut perasaan ini hanya ilusi aja”.

               “Re, Jika cinta ini beban biarkan aku menghilang. Jika cinta ini kesalahan biarkan aku memohon maaf. Jika cinta ini hutang biarkan aku melunasinya. Tapi jika cinta ini suatu anugerah maka biarkanlah aku mencintai dan menyayangimu sampai nafas terakhirku” Andre tetap gak yakin akan perasaannya. Andre merasa Rere akan meninggalkannya selamanya. Kemudian dipeluknya Rere erat-erat. Dibelainya rambutnya dengan penuh kasih sayang.

               “Aku gak mau kehilangan sahabat yang begitu baik” kata Rere masih dalam pelukan Andre. “Biarlah hubungan kita tetap terjalin bebas tanpa terbatas ruang dan waktu. Lagipula perjalanan cinta kita nantinya bakal abadi, atau malah putus di tengah jalan? Persahabatan bisa jadi awal percintaan tapi akhir dari suatu percintaan kadang malah menjadi permusuhan. Dan aku gak mau itu terjadi pada kita, Ndre”

               Andre mulai merenungi kata-kata Rere. Dilepaskannya pelukannya kemudian dipandanginya wajah Rere dalam-dalam. Ternyata Andre masih bisa menikmati senyum manis Rere. Masih bisa merasakan sejuknya tatapan Rere. Ia gak mau kehilangan semuanya itu.

               “Aku rela menjadi lilin walau sinarnya redup tapi gak habis dimakan api bisa memberi cahaya dan menerangi hatimu” kata Andre sambil menyeka air mata di pipi Rere.

               “Iya, Ndre. Soalnya hati hanya dapat mencintai sekejap. Kaki cuma bisa melangkah jauh dan lelah. Busana tak selamanya indah dalam tubuh. Tapi memiliki sahabat sepertimu adalah keabadian yang tak mungkin kulupakan” begitu pinta Rere disambut senyum Andre. Mereka saling berpelukan lagi. Tanpa beban tanpa terbatas ruang dan waktu. Hmm… apa bisa Andre menyimpan rapat-rapat perasaannya berlama-lama ? Only time will tell…
*****


Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/06/cerpen-cinta-dan-persahabatan-dari.html#ixzz1ygGRh03Z

WAITING FOR YOU







Cerpen Cinta Sedih

Oleh: dellia riestavaldi




Udah ke 2 hari ucil engga sms aku, udah 2 hari juga aku mengkhawatirkan keberadaannya, ya tuhan dia kemana, dia dimana sekarang, dimalam hari itu aku terus menunggu sms darinya, sudah berpuluh-puluh kali aku mengirim text messages tapi ga ada satupun pesan masuk di hape aku dari dia. Sial besok libur UN anak kelas 3 SMA, sedangkan aku duduk di kelas 2 dan ucil kelas 1. Gimana dong kalau besok libur, bakal 4 hari ga ketemu ucil  ucil kenapa? Ada yang aneh dari dia ya tuhan . Setiap malem ucil selalu say good night have a nice dream sayang, tapi udah 2 hari ini ga ada kata-kata kaya gitu lagi, aku takut kata-kata itu ga akan aku dengar lagi. Harus sampai kapan tiap malem aku nangis nungguin dia.

tokkkk….tokkkk…..tokkk
Suara ketukan pintu yang terdengar dari arah pintu kamarku.

“masuk aja ga di kunci” kataku sambil berteriak.

“dell, lagi apa lo? Nangis sendiri di kamer.” Sambil menghampiriku di ranjang tempat tidurku.

“gapapa kok nay, aku Cuma nunggu sms dari ucil.” Kataku

“emang lo jadian dell sama ucil?” Tanya nayla.

“engga sih, tapi aku ngerasa beda aja sama dia.” Balasku

“yaudahlah dell toh dia bukan siapa-siapa elo kan?’’

“kata-kata kamu tuh ga bikin aku tenang nay, mending kamu tidur aja deh nay, biarin aja aku bakal nunggu dia sms aku.” Cetusku

“iya dehh sorry dell, Gnight beib.”

aku terus memandang kearah luar jendela, sambil memegang hapeku. Entah samapai kapan aku harus menunggunya membalas pesanku.

*tertidurr

* * *
liburan selesai, tinggal berangkat sekolah, aku harus cari ucil sampai ketemu, dia ga boleh mainin aku gitu aja -.-

sesampainya aku di sekolah, langkahku terhenti di parkiran motor sekolahku. motor ucil mana? Biasanya jam segini dia udah datang. Aku harus ke kelasnya, langkahku terasa berat untuk menghampirinya ke kelas. Perasaan aku tiba-tiba gaenak.

aku berdiri di depan kelasnya, tiba-tiba aku terhenti di depan pintu. Kenapa aku? Seharusnya aku masuk ke kelasnya dan bertemu dengannya. Mending aku ke kelas aku aja deh ucil juga belum datang. Aku terus jalan menuju kelasku.

pelajaran pagi hari ini akuntansi, semangat dong semangat ini kan pelajaran kesukaanku. Sudah 1 jam pelajaran di mulai tiba-tiba ada anak osis masuk ke kelasku dan member pengumuman. Dalam hati ku pasti minta sumbangan huh, aku terus melanjutkan tugas akuntansiku.

“assalamualaikum wr.wb. maaf teman-temen mengganggu sebentar, innalilahi wainnailahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah adik kelas kita Muhammad Raditya Ucill dari kelas X2. Ayo kita bersama-sama membaca surah al-fatihah untuk mendoakannya.” 

Aku langsung terhenti mengerjakan tugas akuntansi itu, aku lansung berdiri dari tempat dudukku, aku langsung meneteskan air mata dan lari meninggalkan kelas dan pergi ke WC sekolah.

“cil, kamu jahat, kamu jahat cil, kamu ninggalin aku sendiri, kamu belum denger kalau aku mau jadi pacar kamu, cil kamu jahat.” Teriakku di WC sekolah, perlahan-lahan aku duduk menyender tembok, berjam-jam aku ga keluar dari WC, aku belum bisa nerima kenyataan ini ya tuhan, sakit sekali rasanya.Setelah aku keluar dari WC aku langsung mengambil tasku, aku langsung kabur dari sekolah dan ikut teman sekelas ucil untuk melayat.

Sesampainya di rumah ucil, aku berjalan pelan untuk menemui jenazah ucil, tidak berehenti air mataku mengalir. Aku duduk di sebelah jenazahnya.

“ucil, kenapa kamu pergi secepat ini, kenapa kamu ninggalin aku cil, kamu inget ga waktu kita nonton, kamu pegang tangan aku, kamu cium kening aku cil, aku kangen kamu cil, cil kalau kamu sayang sama aku KAMU BANGUN SEKARANG JUGA CIL, BANGUN !!”

“sabar sayang ibu juga belum bisa nerima kepergian ucil.” Suara itu terdengar dari belakangku, ya dia ibunya ucil.

“ibu, ucil kenapa bisa kaya gini.” Tanyaku

“dia jatuh dari motor, sehari sebelum UN, selama 3 hari ucil koma di rumah sakit.”

“kenapa temen-temennya ga pada tau bu, dia selama ini baik-baik aja kok, dan pas kejadian dia ga pernah hubungin adell bu, adell khawatir banget bu sama dia tapi ini udah jadi kenyataan yang sangat menyakitkan.”

“ka adell” suara cewek yang memanggilku dari belakang, aku menengok ke belakang dan menghapus air mataku.

“de nessa, ada apa de?” tanyaku

“ka, aku tau kronologi kejadian ucil ka.”

“ucil kenapa de?”

              “ucil, ngliat kaka pergi sama cowo, dia langsung pergi ka ke rumah papanya di bandung, kan dia anak broken home gitu ka, orang tuanya pisah, ucil bawa motornya dengan kecepatan 80km/jam, pas di perempatan ucil ngrem mendadak ka akhirnya dia jatoh dan kepalanya tebentur stang di motornya.” Penjelasan nessa.

               Aku terdiam, tapi air mataku terus mengalir, ucil salah paham lalu emosinya tidak terkontrol, jadi selama ini aku nungguin acil ga ada hasilnya, dia terlanjur ninggalin aku. Aku langsung ke tempat jenazahnya, karena sebentar lagi jenazahnya akan segera di kuburkan.

* * *
               Prosesi pemakaman telah selesai, aku langsung pulang kerumah dan membaringkan tubuhku di atas ranjangku, aku mengambil hapeku, Cuma orang bodoh yang aku tungguin sms orang udah ga ada. Tapi rasa sayangku ke dia masih tetep ada. Ucil semoga kamu tenang ya disana ya aku sayang banget sama kamu. Semoga aku bisa nemuin orang seperti kamu, Gnight ucil 

THE END


Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/05/cerpen-cinta-waiting-for-you.html#ixzz1ygHnOTcW

Ku Relakan Bahagia ku Demi Sahabat Ku


Pagi itu, aku terbangun dengan mata yang sembab dan membengkak. Semalam aku menangis di kamar sampai ketiduran. Entah berapa lama aku berderai air mata. Yah, aku baru saja mengalami kejadian yang membuat aku begitu sakit. Seorang cowok yang tanpa sengaja masuk dalam kehidupanku kini malah menghancurkan semuanya......

Aku mengenal Dimas dari Santi,teman dekatku. Kebetulan tiap malem Dimas latihan silat di samping ponpes tempat ku mengaji kala malam hari. Awalnya aku biasa aja dengan kehadirannya. Ga ngefek sama sekali. Tapi hari-hari berikutnya Dimas memulai kedekatan kami dengan sekedar menitip salam padaku. Ga ada yang spesial memang. Tapi hari-hari ku kini mulai terasa indah dengan keberadaanya.

Hanya saja kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Disaat aku mulai menyukainya, tak ku sangka Dimas malah nembak Santi. Aku bener-bener ga tau harus berbuat apa. Tentu saja aku tak bisa menyalahkannya karna ini memang hak mereka. Aku mencoba  ikhlas dengan hubungan mereka. Aku berusaha tegar dan mendukung hubungan mereka meski sebenarnya hati ku begitu sakit. Itu semua aku lakukan karna aku masih menghargai Santi sebagai shbat ku. Aku memilih mengalah daripada harus kehilangan sahabat ku hanya karna seorang cowok. Meski hati kecil ku masih tetap mengharapkan Dimas.

Meski pacaran ama Santi,tapi nyatanya tetep aja Dimas ga pernah absent menghubungi ku. Entah sms atau pun telpon. Aku bingung harus bersikap gimana. Karna rasa ikhlas ku lah yang kini menuntunku untuk tetap berhubungan dengan dimas. Jujur saat itu aku benar-benar  telah merelakan Dimas.

Jadi apa salahnya jika aku menerima telpon dan smsnya. Sayangnya pikiranku masih terlalu cetek untuk menyikapi hal itu.  Tentu saja kedekatanku dengan Dimas yang telah ku anggap “teman” itu membuat Santi cemburu. Ia mengira Dimas selingkuh. Dan aku lah selingkuhannya! Kini antara Aku dan Santi serasa ada pemisah yang membuat kami tak lagi bisa seakrab dulu. Ada rasa canggung saat kami ngobrol,seperti orang yang baru kenal.

Hampir  2 tahun lamanya aku tak pernah bertemu lagi dengan Dimas sejak saat itu. Ia tak pernah lagi menghubungiku,atapun Santi. Dimas seperti menghilang di telan bumi. Akupun perlahan bisa menghapusnya dari ingatan ku dan Santi juga telah kembali seperti sedia kala,meski sekarang ia agak tertutup soal cowok.

Kini hari-hari ku semakin berwarna setelah berhasil lolos seleksi dan masuk di SMK favorit di kota ku. Yah,menjadi anak baru tentunya bukan hal yang gampang. Karna aku termasuk anak yang sulit beradaptasi. Aku terlalu cuek dengan apa yang ada di sekitar ku. Namun kini aku telah memiliki beberapa teman akrab.

Tapi hanya satu yang kurasa telah benar-benar akrab. Namanya Putri. Dia temen sebangku ku. Anak nya cukup asyik, meski terkadang ada saat-saat dimana  aku merasa muak padannya. Ada bberapa sifatnya yang tak ku suka. Dia terlalu pede dan kalo ngomong ato ngpapa’’in asal jeplak aja!uukh..yang paling bikin aku sebel saat bersamanya, ngeliat cowok ganteng dikit aja langsung dah tuh kaya ikan kena pancingan. Klepek-klepek ga jelas! Mending kalo di niatinama satu cowok. Nah ini.. tiap ada cowok selaluu aja tingkahnya gtu. Bikin aku tambah mual. Tapi mo diapain juga dia tetep temen terbaik ku(untuk saat ini).

Entah mimpi apa yang ku dapat semalem, pagi itu aku shock setengah mati denger cerita putri soal cowok barunya. Cowok itu... Dimas!! Dimas yang ku kenal bberpa tahun lalu. Yang telah hilang dari kehidupanku setelah menorehkan luka di hati ku. Aku tak habis pikir! Aku memang telah mengenalkan putri pada temen ku yang posisinya juga sbg temen deketnya Dimas.  Tapi aku ga pernah mikir semua ini bakal salah alamat. 

Justru Dimas lah yang kini berpacaran dengan putri. Oh god!! Semoga waktu sedang bercanda..! aku ga mau kejadian itu terulang kembali. Aku takkan sanggup jika harus mengulangnya. Berpura-pura tegar seperti dulu. Aku muak!! Tapi kenyataanya kini,mereka memang pacaran. Tak ada yang bisa ku lakukan selain merelakan mereka. Sama seperti yang ku lakukan dulu. DEMI SAHABAT,!!  T,T

Sabtu, 09 Juni 2012

First Time


Saat pandangan pertama, tepat pada saat aku merasakan getaran yang kau getarkan tepat pada jantung hatiku. Sinar matamu yang indah kau pancarkan tepat pada bola mataku. Aku Disya, ya namaku. Saat itu,,

Kesiangan, ya kesiangan sudah menjadi rutinitasku datang ke sekolah dan duduk di kelas XIA2 dengan waktu yang relatif siang. Ya, walau ga siang-siang amat sih.

Waktu itu, aku lari-lari setengah mati, keringatku bersatu dengan perasaan yang dag dig dug tak menentu. Satu hal yang membuatku seperti itu, yaitu kesiangan. Di koridor sekolah terdengar hentakan kakiku yang berusaha menghambat waktu. Usahaku sia-sia saat aku tabrakan dengan seorang laki-laki yang entah siapa dan dari mana dia berasal. Tapi yang pasti dia datang dari arah yang berlawanan denganku. Aku tak tau pasti akan hal itu, karena di sepanjang jalan, aku hanya melirik jam di tanganku.

Braaaaaak, suasana tabrakan itu memecahkan suasana koridor Sekolah yang hening.

Aku melirik sinis, buku yang aku peluk berhamburan kemana-mana. “Kalau jalan pake mata dong” hentakku kesal.

“Mata? Gue jalan pake kaki..” ucapnya kesal dan sinis. Aku tatap matanya dalam. Aku kaget karena yang tengah berdiri di hadapanku kini adalah seorang Angga, pemain Basket terpopuler di sekolahku. Sepertinya aku mulai malu dengan sikapku yang terbilang ga sopan. Tapi semua itu rasanya telah terlambat. Ya sudah, aku beranikan saja diriku untuk menentangnya.

“Nyolot lagi” kataku memberanikan diri melontarkan kata-kata itu kepada pemain Basket terpopuler ini. Pasalnya aku juga tambah kesal karena buku ku yang berhamburan, tak ada hasrat sedikitpun darinya untuk menolongku membereskannya. 

“Nyolot? Heh, gue tanya, yang lari-lari ga jelas tuh siapa? Hah?” pertanyaannnya simple tapi mampu membuat nyaliku menciut seketika dan tak berdaya aku malu dibuatnya. Aku sadar dari pertanyaannya itu memojokanku bahwa memang aku yang salah akan hal yang terjadi ini. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Setelah ku lirik jam di tanganku, tak terasa sudah pukul 7.35. Gawaaat, gara-gara cowok ini aku jadi makin kesiangan pikirku. Aku lekas berlari dengan ekspresi wajah tanpa dosa. Terdengar suaranya yang memanggilku engan sebutan kata “GILA”. Tak aku perdulikan suaranya. Aku hanya membalasnya dengan juluran lidahku “Bleee” kataku dan lekas pergi menuju kelas.

***

Entah dari mana rasa itu muncul. Rasa yang aneh terasa di relung jiwaku. Sangat sulit untukku artikan rasa ini. Malam, sangat sulit ku memejamkan mataku, yang ada hanya bayangan-bayangan semu yang hadir dalam pelukan hangat mimpiku. Tak menentu. Aneh, sedang menyatu dalam otak dan pikiranku kini. Senang dan kesal karena seorang Angga. Orang cuek yang mampu mencairkan hati ini dari trauma cowok saat dulu. Beban berat yang ku rasa kini hanya beban pikiranku akan Angga. 


            Terasa banyak teroran yang masuk ke dalam telepon genggamku. Entah siapa, aku tak bisa menebaknya. Hanya ribuan pertanyaan yang membaur dalam memori otakku kini. Siapa dan siapa orang yang setiap detik menggangguku. Kata-kata mutiara dan perhatian yang amat sangat membuat hati dan hidung ini tak karuan. Semakin hari, SMS itu semakin membuatku penasaran. Berkali-kali aku tanya siapa dirinya, dia hanya menjawab “First Time”. Aku sama sekali tidak mengerti dengan jawabannya.

***

Sore ini aku memilih untuk bersantai ria di bawah langit sore. Tepatnya aku duduk di bawah ayunan taman yang berada di kompleks rumahku. Suasananya indah, cukup sepi. Tak seperti biasanya, banyak anak-anak yang bermain-main disitu. Tapi sekarang hanya ada beberapa anak saja. Inilah waktu yang tepat untuk menenangkan pikirnku yang lelah. Ku pejamkan mataku sembari menikmati lagu-lagu klasik yang membuatku terbuai olehnya. Khayalku seolah melayang. Ku mendekap angan-anganku yang kian tumbuh hangat dalam hangatnya cinta. Pejaman mataku membuatku tak sadar akan apa yang terjadi di sekitarku, tawa canda anak-anak di sekitarku ini. Yang ada hanya bayangan cowok pemain Basket populer.

Khayalku seolah membuyar ketika ku dengar dering SMS yang masuk ke dalam handphoneku. Segera ku buka.. seseorang yang selalu menerorku rupanya. 
Tanpa Nama
Lo penasaran gue siapa?

Disya
Y

Tanpa Nama
Temuin gue besok di taman kota jam 16.00.

Aku tak menjawab SMSnya lagi. Bagiku jelas, tanpa basa basi besok aku harus datang ke Taman Kota untuk menjawab semua pertanyaanku. 

***

“Tim Basket SMA kita akan berlaga pada ajang pertandingan Basket SE-JAWA-BALI” itulah kata-kata yang ku dengar dari speaker yang berada di kelasku, istilahnya “Pagging”. Mendengar akan hal itu, aku menghentikan aktifitas tanganku yang sedang menulis.

“Berarti, sekarang dia maen dong, moga kamu menang ya Angga” do’aku dalam hati. Segera aku melanjutkan kegiatan menulisku.

Di lapang, aku melihat rombongan Tim Basket menuju keluar gerbang. Sepertinya mereka bersiap untuk berlaga dalam pertaningan nanti. Pagi sekali aku pikir, saat jam istirahat, 10.15. mataku dan mata Angga bertumpu pada satu titik fokus. Aku mencoba tersenyum ramah, lalu dia? Hanya memalingkan mukanya!

***

Hari ini hatiku sangat senang, tepat pukul 14.00 aku mendapat berita bahwa Sekolahku menang tanding Basket. Hari ini pula aku akan bertemu dengan pengagum rahasiaku tepat pukul 16.00 di Taman Kota.

***

Entah berapa lama aku harus menunggu disini. Semakin detik terasa semakin cepat untukku. Semakin sore tampaknya. Tapi, belum ada tanda-tanda seseorang yang menghampiriku. Handphoneku berdering, dengan seyakin-yakinnya aku angkat teleponnya.

“Hallo” sapaku

“Hallo,” sapanya balik “Maaf, tolong secepatnya anda lekas menuju Rumah Sakit Cempaka, ruang 6 Kacapiring” suara khas ngebass laki-laki di ujung sana. Teleponnya terputus sebelum ku jawab. Aku penasaran dan bingung dengan semua ini. 

Aku segera menuju Rumah Sakit tersebut yang kebetulan jaraknya tak jauh dari tempatku menunggu. Segera ku berlari memasuki Rumah Sakit tersebut setelah aku turun dari taxi yang aku tumpangi. Aku ketuk pintu ruang Kacapiring no 6. Dan apa yang ku lihat? Seorang pasien yang tertutup kain, dan disebelahnya ada seorang laki-laki yang tak aku kenal. Pria berumur 3 tahun lebih tua dariku.

“Anda siapa?” tanyaku

“Saya hanya menolong orang ini. Dan saat saya tanya siapa keluarganya yang harus saya hubungi, dia hanya meminta saya untuk menghubungi seseorang yang bernama “First Time” di kontaknya. Selain itu, dia memintaku untuk memberikan bungkusan ini untuknya. Dan yang aku lihat, dia juga sempat menulis sebuah surat untuknya pula, untuk Disya katanya” jelasnya panjang lebar lalu menyerahkan bingkisan serta surat padaku. Dia pergi meninggalkan ruangan itu. Kini hanya aku dan seorang yang masih terbungkuskan kain di ruangan ini. Aku masih enggan untuk melihat dan membuka kain tersebut. Nyaliku kalah rasanya. Ku buka bingkisan itu dengan perlahan, ku lihat sekotak cokelat ditemani setangkai bunga mawar merah tanpa duri. Sepertinya dia telaten untuk membersihkan mawar itu dari duri-durinya. Lalu ku buka suratnya,,

Dear, Disya..

Disya, sebenarnya tanganku ini tak mampu menahan lagi hasrat untuk memberikan bingkisan ini untukmu. Bibir ini mencair untuk ucapkan sebuah kata cinta untukmu. Tapi, apa mungkin? Apa mungkin ku dapat lakukan itu semua di saat nafas ini terengah? Saat ragaku lemah dan tak mampu bergerak? Saat mulutku membeku seketika. Bagaimanapun caranya, aku ingin kau menerima bingkisan ini walau dari tangan yang berbeda. Sekali lagi maaf telah bersembunyi dari kemelut perasaan yang tertunda. Maaf pula, aku tak dapat menemuimu di tempat yang ku janjikan..
First Time
   Anggaaa
 Angga

Surat itu terjatuh dari tanganku. Seolah mimpi menghampiriku saat ku lihat nama yang tertera di bawah tanda tangan itu, Angga. Bingkisan yang ku genggam pun ikut terjatuh. Ternyata, julukan First Time adalah seseorang yang juga aku sayang.  Fisrt Time karena kami pertama bertemu.

Hatiku yang penasaran mencoba mengembalikan nyali yang koyak dan menciut. Ku coba buka kain yang mentupi seseorang di ranjang itu. Dan apa kini yang tengah ku lihat? Ku lihat dengan jelas paras seorang cowok tepat pada saat bertemu dan bertabrakan di koridor sekolah. Seorang pemain basket terpopuler yang bernomor punggung 5. Angga, ya itu adalah Angga. Tak kuasa ku menahan tangis yang siap membanjiri ruangan ini. Seorang yang terbujur kaku di hadapanku ini adalah orang yang aku dambakan kehadirannya dalam kehidupanku. Seorang Angga, cuek nan romantis.

Air mataku masih enggan untuk terhenti. Seolah mengerti perasaanku kini. Ku lirik meja sebelah ranjang, ku lihat 2 piala yang berdiri tegak bertuliskan:

“JUARA 1 BASKET SE-JAWA-BALI” ku tersenyum melihatnya, lalu lanjut ku baca tulisan yang tertera pada piala satu lagi “PEMAIN BASKET TERBAIK” semakin dalam kini ku rasa. Harusnya saat ini aku dan dia berada di Taman Kota, bukan Rumah Sakit.

Ternyata, Angga mengalami kecelakaan saat menuju tempat yang dia janjikan, Taman Kota. Dia mengemudikan sepeda motornya dengan kecepatan yang luar biasa, hingga raganya kini harus terpisah dengan jiwanya.

Aku beranjak berdiri mengambil surat yang tadi terjatuh. Ku ambil balpoin yang tersedia di meja bersebelahan dengan piala tadi. Ku tulis di belakang lembar itu,, 

 
"YOU'RE MY FIRST LOVE OF 
MY FIRST TIME"

MERPATI CINTA

Penulis : Anisa Nur Hidayah




Malam ini begitu hening, yang kulihat hanyalah bintang-bintang yang bertaburan menggantung di langit. Aku sendirian duduk di rerumputan yang halus di tepi Danau dengan buliran air mata yang terus mengalir membasahi pipiku. Aku kesepian, karena aku hidup di dunia ini hanya sebatang kara dan bagiku tiada lagi tawa kebahagiaan yang ada hanyalah kesendirian dan kepenatan hidup yang selalu menemani hari-hariku ini.
“Mengapa? Mengapa aku tidak pernah merasakan kebahagiaan. Kenapa semua orang yang kucintai meninggalkanku?” teriakanku sambil melempar batu-batu kecil ke Danau. Aku menangis semakin menjadi-jadi, aku rindu keluargaku yang telah lama meninggalkanku sendirian di dunia ini.
Aku tergagap karena karena satu burung merpati kecil hinggap di bahuku dan kulihat ada sepucuk surat deng kertas berwarna merah muda yang di ikatkan pada kaki kanan burung merpati itu. Aku pun memegang burung merpati itu lalu kubelai lembut sambil tersenyum manis.
“Kamu burung cantik! Mana temanmu?” tanyaku sambil tersnyum
Aku pun melepaskan ikatan surat itu pada kaki burung Merpati lalu kubuka dan membaca nya.
“Janganlah kamu terus bersedih Prinses. Masih banyak 0rang yang sayang sama kamu. Aku yakin suatu saat akan ada seorang pangeran yang akan menjemputmu dan mencintaimu dengan tulus” isi surat nya membuatku kaget. Aku mengernyitkan kening tak mengerti dan banyak pertanyaan tertumpuk di otakku. Dan tiba-tiba detak jantungku berdegup kencang padahal sebelum nya aku tidak pernah merasakan ini semua.
“Siapa pengirim surat ini ya? Tapi siapa pun dia makasih ya karena kamu udah buat aku senang” kataku sambil tersnyum paling bahagia sedunia
Burung itu pun melepaskan diri dari genggamanku ia terbang bebas ke udara. Aku pun segera berdiri lalu menoleh ke belakang dan kulihat seorang laki-laki memakai celana Jeans Jaket Serta Sepatu Putih masuk ke mobil BMW berwarna merah lalu berlalu pergi dengan mobil nya. Aku murung hatiku kesal karena tidak bisa melihat wajah laki-laki itu. Dan jantungku berdegup kencang membayangkan laki-laki tadi yang kulihat hanya dari belakang.
“Semoga ini bukan pertama dan terakhir kali nya aku melihat cowok tadi” pintaku dengan wajah memelas
Kian lama hatiku mulai tenang dan senyuman selalu terlukis di bibirku setiap hari karena setiap hari Burung Merpati kecil itu selalu datang menemuiku dan membawakan surat yang berbeda setiap hari nya. Isi surat itu selalu membuatku bahagia, walaupun aku tidak tahu siapa sebenarnya pengirim surat itu.
“Siapa sebenar nya pengirim surat cinta itu? Aku yakin dia cowok tapi kenapa aku selalu merasakan dia ada di dekatku” tanyaku sambil memandangi surat-surat yang tertata rapi di meja belajarku
Keesokan harinya seisi Kampus gempar membicarakan Mahasiswa baru yang katanya Cool, ganteng dan juga seorang penyangi. Aku hanya mengernyitkan kening tak mengerti berdiri di dekat fakultas Sastra fakultasku.
“Sinta! Kok kamu seneng banget. Ada apa si?” tanyaku penasaran kepada teman fakultasku yang berdiri di depanku
“Ya ampun Olivd masa kamu nggak seneng kan dia Artis terkenal. Aku mau banget jadi pacar nya” Jawab Sinta sambil tersenyum dan menatapku
Aku menggeleng-gelengkan tak mengerti maksud pembicaraan Sinta. Tak lama kemudian Mahasiswi-mahasiswi berlarian sambil berteriak histeris ke arahku.
“Waduhh…. Kok cewek-cewek pada nyamperin aku?” tanyaku tak mengerti
“Sumpah perfect banget” kata cewek-cewek itu dan juga Sinta serentak yang berdiri di depanku dan menatapku
“Kalian pada kenapa si?” tanyaku polos
Aku pun tersipuh malu lalu menundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan mereka yang begitu dalam        ”Hey! Apa kabar Olive?” Ucap seorang laki-laki sambil memegang bahuku dari belakang
“Siapa si?” tanyaku kesal
Aku pun segera menoleh ke belakang. Aku tergagap karena kulihat seorang laki-laki sangat tampan melempar senyum termanisnya ke arahku. Aku terdiam dan jantuhku kembali berdegup kencang.
“Hi… Kenalin aku Reno Mahasiswa baru” sambil mengulurkan tangan nya
“Olive!” kusambut tangan nya dg tersnyum
Aku tergagap karena Burung Merpati Yang biasa menemaniku terbang ke arahku lalu ia hinggap di bahu Reno.
“Cantik! Pinter kamu sayang!” kata Reno pada Burung itu
“Reno! Kamu kenal sama burung itu?” tanyaku penasaran
“Ini Burung aku, prinses!” Kata nya lalu berlalu pergi
Aku tak menyangka Burung yang selama ini menemaniku adalah milik Reno. Aku pun berlari mengejar Reno. Dan kami saling menatap di taman belakang kampus.       “Jadi surat yang selama ini aku trima dari kamu” kataku
“Iya! Dari awal aku melihat kamu Di Danau itu aku sudah mencintai kamu. Maka nya aku kirim Merpati Cintaku buat kamu” kata Reno sambil tersnyum
“Aku juga dari awal udah cinta sama pangeran Merpati” kataku
“Jadi kamu mau trima Cinta aku!”
“Iya”
Reno pun merangkulku dan kami membelai merpati itu dengan lembut.