Sabtu, 05 Mei 2012

INDAHNYA PERSAHABATAN

Rere memandang ke luar di balik jendela kamarnya. Hari ini, Kota Bandung di guyur hujan lagi. Rere merapatkan jaket yang ia pakai, kemudian ia meniup-niup hot cappucino dan meminumnya sedikit demi sedikit. Rere tersenyum ketika tiba-tiba ingatannya terlempar ke masa tiga tahun yang lalu. Masa-masa SMA yang mungkin akan selalu ia ingat dalam hidupnya…
***
2009
“Aduhh, Re. Gimana nih? Gue grogi banget!” kata Vea. Matanya tak berhenti melirik kesana-kemari. Rere hanya cekikikan melihat tingkah sahabatnya yang menurutnya kekanak-kanakan. Vea manyun lalu mencubit lengan Rere. Sontak Rere mengaduh.
“Aduh, sakit gue dodol!”
“Ya abis dari tadi ketawa mulu. Seneng liat gue grogi kayak gini?” tanya Vea.
“Hihihi. Sorry…, sorry…, soalnya lucu sih. Masa hanya gara-gara Reyhan ngajak ketemuan, lo langsung ngeper kayak gini!?” kata Rere.
“iiiihh, Rere! Ini kan pertama kalinya gue di ajak ketemuaaan. Lo kan tau kalo gue naksir sama Reyhan. Ya jelas gue grogi bangeeet, Nervous!” cerocos Vea diakhiri manyun manja khas-nya. Rere menahan buat ga ketawa.
“Hmmm, harusnya lo seneng, Ve. Wajar kok kalo lo grogi. Tapi yang penting impian lo buat jadi pacar Reyhan selama ini bisa tercapai kan?” kata Rere. Vea nyengir bego.
“Iya juga ya. Hehehe. Tapi kan belum tentu juga Reyhan nembak gue.” Vea menunduk sedih, tapi Rere malah tersenyum.
“Hey, Reyhan pasti nembak lo, Ve. Percaya ama gue.” Kata Rere menyemangati. Vea tersenyum lalu menatap mata Rere dalam.
“Makasih ya, Re. Lo sahabat gue yang paling baik.” Kata Vea. Rere terdiam sejenak. Kemudian mengangguk dan merangkul pundak Vea.
“Ve, tuh pangeran lo udah dateng.” Goda Rere. Vea tersipu malu ketika melihat kedatangan Reyhan. Reyhan tersenyum. “Yaudah, selamat kencan yaaa! Gue pulang duluan.” Kata Rere kemudian. Rere berlari kecil meninggalkan lapangan basket, menelusuri tiap koridor-koridor sekolah untuk mencapai gerbang. Dan ia pun pulang.
***
Ponsel Rere berbunyi tanda ada satu pesan masuk.
From : Reyhan
Re, lo boleh nyuruh gue buat ngelakuin ini. Tapi asal lo tau, Org yg gue suka itu, lo. Bukan Vea. Dan gue akan tetap nunggu lo.
Rere menarik nafas panjang dan ia hembuskan perlahan. Tepat seminggu yang lalu, Reyhan mengutarakan perasaannnya kepada Rere. Dengan alasan yang menurut Reyhan ga masuk akal, Rere justru malah meminta Reyhan menembak Vea, yang jelas-jelas ia tidak suka. Reyhan menyanggupi permintaan Rere, dengan alasan bahwa ia benar-benar menyukai Rere, dan akan melakukan apapun yang Rere minta untuk membuktikan kesungguhannya.
Rere terpaksa melakukan itu karna ia tak mau menyakiti perasaan sahabatnya, Vea. Ia terpaksa berbohong bahwa antara Rere dan Reyhan tak pernah terjadi apa-apa. Tak pernah ada peristiwa ketika Reyhan ‘nembak’ Rere. Hal itu akan Rere sembunyikan.
Pada akhirnya Reyhan melakukan hal yang diminta oleh Rere. Reyhan dan Vea sekarang sudah resmi jadi pacar. Tapi Reyhan jadi semakin bingung, lalu bagaimana dengan nasib perasaannya kepada Rere?
Rere membalas pesan Reyhan
To : Reyhan
Sorry Rey, tapi rasa sayang gue ke Vea ngalahin semuanya. Bagi gue, Vea adlh sgalanya. Kbahagiaan Vea, kbahagiaan gue juga… dan gue rasa, kbahagiaan Vea ada pada diri lo. Udah lama bngt Vea suka ama lo…
Rere melempar tubuhnya ke kasur. Vea… mengingat senyumnya saja sudah membuat Rere bahagia. Vea adalah penyelamat bagi Rere. Keluarga Vea-lah yang membantu melunasi semua utang-piutang orang tuanya kepada bank. Kalau saja tidak ada keluarga Vea, mungkin Rere sudah terlempar ke jalanan bersama keluarganya.
***
“Re, please…, jangan siksa gue kayak gini.” Lirih Reyhan. Rere cuek dan melanjutkan perjalanannya menuju kantin. Tapi, Reyhan menarik tangan Rere dan merengkuh Rere. Sontak Rere kaget. “Gue suka ama lo, bukan Vea…”
Rere melepas rengkuhan Reyhan. Seketika itu ia sadar, Vea ada di depannya. Menatap Rere dan Reyhan tak percaya.
“Vea…” lirih Rere. Wajah Vea meringis seperti kesakitan. Ia memegang dadanya sendiri. Sedetik kemudian Vea jatuh pingsan.
Di rumah sakit…
“Sorry, Re. Gue gak tau kalo Vea…” Reyhan tercekat. Rere tak berhenti menangis.
“Puas lo Rey? Puas lo!!! Gue minta lo pergi!” bentak Rere, tapi matanya tak berhenti menangis. Reyhan terdiam. Rere kembali larut dalam tangis. Ia amat menyesal, terlebih lagi Reyhan.
“Gue bener-bener minta ma’af, Re.” Kata Reyhan penuh penyesalan.
“Percuma! Permintaan ma’af lo ga akan mengubah segalanya!” Rere terisak mengingat sahabat yang amat ia sayang terkulai tak berdaya di ruang UGD.
Vea, sejak kecil ia memiliki penyakit jantung. Ia tak akan kuasa jika tiba-tiba mendengar atau melihat kejadian yang tak pernah ia bayangkan. Apalagi menyangkut dirinya sendiri. Ia terlahir sebagai gadis yang rentan dan lemah. Ia sangat membutuhkan Rere, sosok sahabat yang tomboy dan juga tegar. Untuk menemaninya, sekaligus melindunginya.
***
Tiga hari telah berlalu. Akhirnya Vea sadarkan diri. Keadaan tersebut disambut bahagia oleh kedua orang tua Vea, tentu Rere juga. Vea hanya terdiam ketika Rere datang untuk menjenguknya.
“Nak Rere, mungkin Vea masih shock atas kejadian yang menimpanya. Tante harap kamu mau bersabar mengahadapi sikap Vea.” Lirih tante Vina, mama Vea. Rere mengangguk pelan.
“Iya tante.” Jawab Rere seraya menatap sahabatnya yang masih saja bisu itu. Tante Vina mengusap punggung Rere penuh sayang. Meski Rere bukan anak kandungnya, tapi Tante Vina amat menyayangi Rere sama seperti ia menyayangi Vea.
“Ya sudah, tante tinggal dulu ya.” Kata tante Vina sambil berlalu pergi meninggalkan Rere dan Vea di ruangan tempat Vea di rawat. Rere mendekati Vea dan duduk di sebelah Vea.
“Ve, ma’afin gue. Gue ngelakuin itu karna gue sayang ama lo…” lirih Rere, ia menahan agar air matanya tak menetes. Tak disangka, ternyata Vea memeluk Rere dan menangis sesenggukan di pundak Rere. Rere pun ikut menangis.
“Lo ga perlu minta ma’af, Re. Gue yang harusnya minta ma’af ama lo. Gue udah jahat.” Kata Vea terisak. Rere menggeleng cepat.
“Ga apa-apa, Ve. Ya udah, kita jangan diem-dieman lagi ya?” Rere mengacungkan jari kelingkingnya, Vea pun menyambut jari kelingking Rere dengan jari kelingkingnya.
“Ga akan.” Jawab Vea mantap. Rere mengusap pelupuk matanya.
“Aduh. Malu gue udah nangis di depan lo.” Celetuk Rere. Vea dan Rere tertawa bersama. Hmmm.. betapa indahnya persahabatan. Ada kalanya kita harus menangis, tapi ada kalanya juga kita bisa tertawa. Kata Rere dalam hati.
Setelah kejadian itu, Vea memutuskan untuk melupakan tentang perasaannya itu kepada Reyhan. Vea ingin, Reyhan bisa jadian dengan Rere. Tapi Rere menolak, karna ia tau itu akan menimbulkan masalah baru, lagipula Rere tak memiliki perasaan khusus kepada Reyhan. Ia hanya menganggap Reyhan teman biasa.
***
Tiga tahun telah berlalu. Rasanya semua hal itu terjadi begitu cepat. Tapi banyak makna yang dapat Rere ambil, setidaknya kita harus berkata jujur. Apapun itu. Akan lebih parah jika kita berbohong meskipun demi kebaikan, tapi pada akhirnya semua kebohongan itu terbongkar. Dan itu akan lebih menykitkan.Ya, intinya meskipun berbohong itu demi kebaikan, tapi yang namanya bohong tetap dosa, bukan? Dan tentu itu sangat tidak baik untuk di praktikkan.
“DWAARRR!!!!”
Rere terlonjak kaget. Ia menoleh ke arah orang yang telah mengagetkannya.
“Vea! Awas lo!” ancam Rere bercanda. Vea hanya tertawa geli lalu berlari sambil ‘mencuri’ hot cappucino milik Rere. Rere mengejarnya. Dan mereka pun larut dalam tawa.
Hmmm… Indahnya persahabatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar