Minggu, 06 Mei 2012

Tombak Kematian


(Egi Sastrawisesha)


          Namaku adalah Joe. Aku adalah seorang siswa SMA yang satu semester lagi aku aka segera kuliah. Aku sangat suka dengan sastra, sehingga aku sangat suka menulis cerita-cerita fiksi. Cerita-cerita yang kutulis bertemakan misteri. Suatu hari aku berangkat sekolah seperti biasa. Aku tinggal sendiri di kosan setempat dekat sekolahku. Pagi ini aku menghadapi keanehan yang aku belum pernah menghadapi sebelumnya. Dijalanan aku bertemu dengan seseorang aneh. Ia berjubah hitam dan bertopeng dengan sosok yang menyeramkan. Ketika kumendekatinya dia berkata padaku.


“Kau telah ditakdirkan untuk ini.”
“Apa maksudmu?” Tanyaku.
“Pagi ini kau akan tertabrak oleh bus ketika kau menyebrang, dn ketika itu juga kau mati.” Ujar Orang berjubah hitm.
“Aku tak mengerti akan penjelasanmu, lebih baik kau minggir dari jalanku.” Aku sedikit marah.


            Lalu aku pergi seketika dan ketika aku lihat orang berjubah itu hilang seketika. Tapi pikirku ia hanya orang gila. Ketika aku sampai di jalan untuk menyebrang, tidak terjadi apa-apa padaku. Dan aku sampai disekolah dengan selamat. Ketika esok hari aku terburu-buru kesekolah karena aku sedikit telat, dan waktu itu tepat jam 07.07, hari sabtu, 7 juli 2007 aku tertabrak bus. Saat kubuka mataku aku sudah terbaring dirumah sakit. Disampingku sudah ada keluargaku. Seminggu setelah kejadian aku sehat dan mulai sekolah. Lalu disekolah seorag wanita cantik dan imut bernama Vania muncul menyapaku. Ia salah satu teman sekolahu yang paling akrab denganku, karena sejak kecil kita selalu bersama.


“Bagaimana kabarmu Joe ?” Tanya Vania.
“Aku baik-baik saja, jangan khawatir.” Jawabku.
“Oh..ya sudah kalau begitu. Aku antar kamu kekelasya.” Tersenyum ia kepadaku.
“Ehmm…tidak usah aku bisa sendiri kok. “ Jawabku.


            Aku lihat dia sedikit kecewa. Dan aku tidak bisa berkonsentrasi dikelas, karena kepalaku selalu pusing. Saat di rumah, aku langsung tidur. Kala itu, aku berada di suatu tempat yang sangat hitam, dan aku tidak tahu tempat apa itu. Lalu mahluk itu muncul kembali, orang berjubah hitam yang pernah bertemuku sebelumnya.
“Kali ini kau sudah percaya padaku?” Dia bertanya padaku.
“Apa maksudmu?” Aku sedikit heran.


“Dulu aku pernah berkata padamu jika kau kan mati tertabrak bus.” Ujarnya.
“Ya. Tapi aku tidak mati?” Aku semakin heran.
“Ah..ah..ah, semua itu terjadi karena aku menyelamatkanmu dari maut, dank au harus berterima kasih padaku!” Dia memerintahkanku.
“Hah…, tidak mau. Lalu apa yang akan kau lakukan ?” Aku menantangnya.
“Jika tidak akan kukirim kau langsung ke neraka sekarang juga!”Dia sedikit marah.


            Dengan kilat, dibelakangku terdapat sungai serta tempat maha luas dengan penuh api dan sangat panas. Aku sangat kaget, lalu aku memohonnya untuk menhentika semua ini.
“Baiklah , lalu apa tugasku?” Tanyaku.
“Kau akan mengantikan tugasku.” Ujarnya.
“Tugas apa?” Tanyaku heran.
“Kau akan mencabut nyawa setiap orang yang akan meninggal!” Perintahnya.
Aku sangat tidak percaya, lalu aku dengan segera diberikan tombak.


“Tombak itu untuk mencabut nyawa orang-orang yang amal-amalnnya buruk didunia, dan untuk amal-amalannya yang baik kau hanya tinggal mencabut rohnya dengan tanganmu serta halus. Ia menjelaskan.


“Kenapa meski aku, dan apakah kau punya pekerjaan lain?” Tanyaku ragu.
“Aku akan sedikit berlibur ke Jepang, katanya disana sangat asyik.” Jelas konyol dia padaku.


Dan dengan cepat dia berubah menjadi seorang lelaki berwajah aneh.
“Apa kau sudah gila, semua ini tugasku bukn tugasku. Dan dari mana malaikat maut bisa liburan?” Tanyaku heran.


“Sudahlah, kerjakan tugasmu! Ingat selama aku pergi kerjakan tugasmu dengan baik jangan membuatku kecewa, mumpung aku dapat tiket dari atasanku, aku akan refresing sebentar. Dan sebagai imbalannya kau mendapat garansi umur, artinya umurmu jadi dua kalilipat dari sebelumnya, kau mengerti?” Ujarnya degan cepat.


            Lalu ia pergi dengan cepat. Dan aku sudah ada dikamarku dengan tombak pencabut nyawa. Aku seperti mimpi dan tak percaya. Esok hari setelah pulang sekolah, tombak itu berdiri sendiri di kamarku. Lalu aku memegangnya dan aku terbawa terbang olehnya. Aku berhenti disuatu gang, dan disana suah ada sekumpulan orang yang tawuran. Aku kaget dan orang-orang disana ditembak satu-satu oleh seorang kawan lainnya dan ia langsung melarikan diri.Disana ada lima orang tewas, lalu tombak itu membawaku pada mereka dan aku Mengcambik mereka satu persatu denga tombak. Roh merekapun terbang ke langit dengan suara teriakan yang menjerit-jerit. Mungkin maksud dari amal-amalan yang buruk.  Aku menelepon polisi dan akupun pergi. Seakan tidak percaya aku bisa mencabut nyawa orang-orang yang sekarat. Dua hari setelah itu, tombak itu mengajakku terbang kembali. Kali giliran sebuah rumah yang sunyi milik seorang pemulung sampah. Disana terdapat kelurga-keluarganya sedang menangis melihatnya terbaring sekarat.


            Karena mereka tidak bisa melihatku, aku langsung berada di belakang kepala orang itu. Ia seorang kakek-kakek malang yang tak berdaya. Tapi sesuatu terjadi, tombak itu seakan tidak mau kupergunakan, lalu aku ingat kata malikat maut, aku harus menggunakan tanganku. Dengan sangat perlahan ku cabut rohnya dari ujung kepalanya dengan lembut. Setelah itu, ia sudah ada di hadapanku, dan ia berkata terima kasih kepadaku, karena telah mencabut rohnya dengan halus sembari tersenyum, lalu langsung sebuah pintu terbuka dengan hawa sejuk dan didalamnnya terdengar gemercik air an burung-burung yag berkicau. Aku ingat, mungkin ini yang dimaksud dengan amalan baik. Lalu aku pulang seperti biasa kerumah. Betulah aktivitasku akhir-akhir ini, dan tiga hari setelah itu,tombak itu membawaku kesutu rumah yang tidak asing bagiku bagiku, rumah Vania. Aku kaget kenapa si tombak membawaku kesana.


            Ternyata Vania sedang terbaring dikamarnya dan seluruh keluarganya sedang menungguinya dikamar. Aku sangat sedih ketika melihat sahabat dekat itu harus mati. Lalu aku pergi keluar dan memanggil malaikat maut.


“Apa-apaan ini, kau tahu…, aku sedang berjemur dengan wanita cantik di pantai dan setelah itu aku akan pergi bersamannya ke restoran tekenal di Tokyo, ada apa ?” Tanyannya.


“Aku…., tidak bisa mengambil nyawa Vania. Dia sahabatku, aku pernah diselamatkan olehnya ketika aku kecil, aku terpeleset ke suatu sungai dan ia menolngku dengan tmbang. Tak bisakah kau memperpanjang umurnya?” Pintaku.


“Apa kau sudah gila, ini semua sudah takdirnya. Kau ini malaikat maut, tidak boleh menunda waktu, walaupun ia temanmu.., kau harus tetap mencabut nyawanya!” Dia sedikit marah.


“Kalau begitu, cabut saj nyawaku, dan kuberikan hidupku untuknya!”Pintaku lagi.
“Begini saja, kau serahkan setengah hudupmu padanya dan dia akan hidup kembali. Karena menurut undang-undang kematian begitulah aturannya, bagaimana…hah..?” Jelanya.
“Baiklah…, asalkan dia hidup lagi!”Aku memohon.


            Dan dengan seketika…, Malaikat Maut memasukan tangannya keperutku dan segera pergi ke Vania untuk memberikan setengah hidupu. Dan secara ajaib,Vania terbangun dan terlihat segar. Tentunya, seluruh keluargany bahagia dengan kesembuhan mendadak Vania.  Dan semua itu berakhir. Malaikat Maut sudah pulan dari liburannya dan kembali melaksanakan tugasnya.
“terima kasih kau sudah membantuku…”


“Oh…iya, umurmu tinggal satu bulan lagi, perbuatlah seribu kebaian pada semua mahluk hidup, maka akan kuberikan kau tiket ke surga!” Dengan santai ia berkata.
“Hah..( aku kaget ), seribu kebaikan?” Aku tak percaya.
“Iya…, memangnya gmpang menapat tiket?”


“Ya sudah aku tunggu selama sebulan ini, jangan sia-siakan hidupmu!”Perintahnya.
            Selama sebulan penuh aku berbuat kebaikan , daintranya aku membantu nenek menyebrang, membantu pa suryo memeras susu sapi, membantu Charlie mendapatkan cintanya Lina, membantu mang ujang menghitung domba-dombanya agar tidak ada yang mencurinya, dan lain-lain. Sebulan telah tiba, malaikat maut menemuiku.


“Baiklah.., ini adalah catatan perbuatan baikmu.., dank au hanya membuat kebaikan sebanyak 999 kali!” Tersenyum dia.
“Apa? Aku sudah menghitungnya dan jumlahnya ada seribu ?” Aku seakan tak percaya.
“Eh…, tunggu dulu apa ini yang terselip di ketiakku?”


“Ah…ini adalah kebaikanmu yang keseribu, dan ternyata kau membantu seorang ibu melahirkan menarik nafas, sungguh aneh, tapi taka pa itu adalah kebaikan.” Jelasnya.
“Tapi tunggu, aku ingin menemui Vania!” Pintaku.
“Baiklah…waktumu lima menit.” Jawabnya.


            Lalu aku menemui Vania.
“Aku akan pergi utuk selamanya, terima kasih atas bantuanmu selama ini dan satu kata yang ingin ku ucapan aku sangat mencintaimu” Berpuitis perkataanku.
“Maksud kamu apa?” Vania terheran-heran.


Lalu aku mendekap dirinya dan menciumnya engan mesra, dan kupandang matanya.
“Jangan bersedih, hadapi dan jalan hidupmu dengan kebaikan dan tetap tersenyum, aku akan merindukanmu di sana.” Hening sejenak.


Lalu aku meninggalkan Vania yang kaget dan tak menyangka jika aku akan melakukan hal itu.
“Kau ini lama sekali!” marah sedikit malaikat maut.
“Maaf, tapi tadi sedikit lama.” Alasanku.
“Hah…, di Surga banyak wanita cantik kau tingal memilih!”
“Ya…sudahlah cepat lakukan!” Aku menyuruhnya.
“Kau berbaring sekarang!”


            Aku berbaring di tempat tidurku. Dan tiba-tiba nyawaku terbangun dari jasadku. Dan setelah itu..
“Apa itu?” Tanyaku heran.
“Itu eskalator?” jawab malaikat maut.
“Untuk apa?” Tanyaku.
“Membawa kita ke surga, oh ya dan jangan lupa tiketmu!” Menjawab dengan tenang.
Lalu kami pergi dengan menggunakan eskalator itu.
Dan dengan sekejap penglihatanku putih. An diatas aku melihat Vania menangisiki di pemakamanku. Aku berpikir begitu mudah hidup ini, dan sangat menyenangkan. Tiba-tiba. Aku dan malaikat maut keren sedang berbaring di suatu pantai.
“Dimana kita, inikah surga?” Aku bertanya.
“Bukan, ini hawai!” Jelass dia.
“Hawai…, bukankah kita ke surga?” Heranku.
“Jika kau anggap pantai ini sangat indah begitu melebihi berjuta lipat keindahan surge bukan?” Dengan tenang menjelaskan.
“Sudahlah, kau berjemur dulu, aku akan sedikit bersenang-senang dengan wanita itu dan setelah itu kita ke surga, ok”Ujarnya.
“Dasar malaikat mata keranjang.”


Dan aku menutup mataku menikmati kendahaan ini. Dan langsung penglihatanku samar-samar, dan di hadapanku sudah ada ibu, ayah, adikku, Viani, dan teman-teman sekelasku.
“Ada apa ini ?” Tanyaku heran.


“Kamu koma selama sseminggu, dan baru sadar sekarang.” Ujar Vania.
“Aku tak mengerti, jadi semua ini hanya mimpi?” Tanyaku dalam hati.'


Satu hal, sebenarnya ini sangat konyol. Aku sangat merasakan jika semua itu seperti nyata dan terasa olehku. Aku tertabrak bus, dan kepalaku terbentur trotoar dan aku koma selama seminggu. Sungguh sederhana hidup ini. Tapi Tuhan memberikanku kehidupan kedua. Dan aku tahu akan arti dari hidup ini, jangan pernah kita menyia-nyiakannya, dan sesungguhnya surga itu ada dalam diri kita sendiri, keenangan, keindahan, kesejukan, semua itu hadir dalam jiwa kita. Kejadian mimpi itu, seakan menegurku untukku bebuat baik, terima kasih Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar